Setiap perwakilan menjawab sesuai versi masing-masing. Dengan lancar mereka bercerita tentang maksud gambar yang dikaitkan dengan Kurikulum Merdeka.
Mereka berbicara dengan penuh keyakinan bahwa jawaban yang diberikan adalah jawaban yang benar dan sesuai dengan yang diinginkan oleh narasumber.
Pak Budi Lestarianto pun memberikan klarifikasi atas jawaban para peserta. Tiga orang yang menyaksikan sepak bola itu ibarat sedang mengikuti pembelajaran di kelas. Berhubung kondisi berbeda, perlakuan pun harus tidak sama. Untuk yang bertubuh tinggi tidak perlu diberi tumpuan untuk berpijak. Untuk yang bertubuh sedang perlu diberi satu balok tumpuan untuk berpijak agar dapat menyaksikan pertandingan seperti yang disaksikan temannya yang bertubuh tinggi. Kemudian, untuk yang bertubuh paling pendek perlu diberi dua atau tiga tumpaun berpijak agar dapat ikut menyaksikan sepak bola seperti dua temannya tersebut.
Perbedaan perlakuan tersebut dinamakan pembelajaran berdiferensiasi. Siswa diberi layanan sesuai kondisi yang dimiliki. Dengan cara seperti itu, guru dituntut untuk menyiapkan materi pembelajaran yang tidak sama antara satu kelompok siswa dengan kelompok siswa yang lain. Bagaimana cara menentukan kelompok siswa? Ada asesmen awal (asesmen diagnostik) yang dilakukan pada awal tahun pelajaran atau pada setiap awal pembahasan materi baru.
Kegiatan pengimbasan Implementasi Kurikulum Merdeka untuk empat sekolah tersebut berakhir pada pukul 15.00 wita. Memang terasa singkat dan belum tuntas. Namun, paling tidak ada suatu pemahaman baru yang disampaikan para narasumber terkait asesmen dan pembelajaran berdiferensiasi.
 Penajam Paser Utara, 13 November 2022
*Tantangan Omjay Menulis di Blog
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H