Makan Malam di Pantai Jimbaran, Bali, 15 Oktober 2022
Hari Sabtu tanggal lima belas Oktober 2022, kami berwisata ke Bedugul. Bus nomor 12 yang kami tumpangi meninggalkan daerah pegunungan itu perlahan-lahan. Jalanan licin yang menurun, berliku, dan agak padat membuat sopir bus harus lebih berhati-hati.
Rombongan peserta munas V APSI (Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia) terbagi dua kelompok. Kelompok pertama menggunakan bus nomor 1-7 dengan tujuan wisata ke Kintamani. Kelompok kedua menggunakan bus nomor 8-14 dengan tujuan wisata ke Bedugul.
Kondisi fisik saya mulai kurang nyaman. Rasa ingin buang air besar begitu menggebu. Saya kurang begitu berkonsentrasi dalam memilih dan mengambil oleh-oleh yang cukup banyak pilihan. Pemotong kuku saya beli lagi di swalayan Krisna. Pada saat di swalayan Agung Bali, saya sudah membeli pemotong kuku.
Untunglah ada toilet di bagian dalam toko pusat oleh-oleh itu. Dengan tenang, saya membuang hajat pada salah satu kamar kecil yang tersedia. Kondisi letih bercampur perut mulas benar-benar tidak nyaman. Untuk mengganti isi perut yang dikeluarkan, saya membeli camilan yang bisa langsung disantap.
Saya berasumsi, waktu makan masih agak lama. Perut perlu diisi. Untuk itu, sebagian oleh-oleh dibungkus pakai kardus, sebagian saya tenteng untuk dimakan di luar toko. Kami memang tidak langsung menuju bus yang menunggu di tempat parkir. Bersama beberapa pemgawas, kami duduk-duduk di bawah pohon di depan pintu masuk toko.
Sambil melihat-lihat teman yang mondar-mandir di sekitar toko, kami menikmati camilan kering untuk mengganjal perut. Obrolan pun berlangsung ringan dan penuh canda. Saat waktu berkunjung habis, rombongan bus pun bergerak menuju Pantai Jimbaran. Perjalanan terasa begitu lama. Banyak lampu merah dan arus lalu lintas cukup padat.
Para pengawas sekolah dari bus kami segera menyerbu kursi-kursi yang masih kosong. Kebetulan bus kami datang lebih awal sehingga dapat leluasa memilih tempat duduk. Posisi di depan panggung hiburan yang kami pilih. Wajah-wajah ceria terlihat setelah para pengawas sekolah dari berbagai provinsi di Indonesia itu duduk. Aksi jeprat-jepret pun mereka lakukan.
Saat itu lauk-pauk sea food sudah datang. Pramusaji meletakkan piring-piring berisi ikan goreng dan semacam cumi-cumi goreng bertepung di atas meja. Satu pengawas sekolah mendapatkan satu piring. Saat saya ditawari oleh pramusaji, saya mengatakan bahwa saya memesan lauk yang lain, bukan sea food. Untuk itu, saya perlu menunggu karena lauk non-sea food belum datang.
Sengaja saya memilih lauk non-sea food. Hal itu saya lakukan berdasarkan pengalaman beberapa tahun silam. Saat kami ke Jimbaran beberapatahun silam itu, pemandu wisata mengatakan tentang lauk sea food yang akan dihidangkan di Jimbaran. Ada kerang, cumi, dan berbagai ikan laut akan disajikan. Namun, faktanya, tidak seperti yang saya bayangkan. Semua lauk yang dihidangkan dalam ukuran minimalis. Berdasarkan pengalaman itu, kali ini saya memesan lauk yang berbeda. Hal itu memang ditawarkan oleh pemandu wisata. Kami memilih lauk sea food atau non-sea food. Saya pun mengambil peluang itu.
Beberapa saat saya harus menunggu. Sementara itu, teman-teman pengawas di samping kiri-kanan dan depan sudah melahap makanannya. Tanpa malu-malu, saya mencomot sedikit lauk mereka sambil minta izin tentunya. Rasa lapar telah menimbulkan keberanian untuk "meminta-minta". Hal itu tidak berlangsung lama. Lauk-pauk untuk saya pun diantarkan pramusaji.
Sementara itu di panggung hiburan penyanyi sudah berganti beberapa kali. Ketua umum APSI (Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia) terpilih ikut pula menyumbangkan lagu. Pak Agus Sukoco memilih lagu berbahasa Jawa yang sudah cukup dikenal karena sering ditayangkan stasiun televisi beberapa tahun silam. Lagu itu sering dinyanyikan oleh beberapa penyanyi yang bukan etnis Jawa. Lagu berjudul "Gethuk" cukup populer pada zamannya bahkan hingga sekarang masih sering dinyanyikan.
Penajam Paser Utara, 24 Oktober 2022