Kelapa muda yang begitu menggoda pun segera kami nikmati. Ada sedotan dan sendok sudah disiapkan. Untuk mengupas daging kelapa muda menggunakan sendok. Hal itu dilakukan setelah air kelapa disedot sedikit. Kalau air kelapa masih banyak akan kesulitan untuk mengupas daging kelapa muda itu. Di atas meja juga sudah disiapkan piring makan. Nasi dalam ceting mini juga sudah siap. Proses menunggu sea food yang sedang kami lakukan.
lauk-pauk yang masih diproses, kami dapat melihat suasana pantai yang begitu lapang. Pada sisi dekat air laut terdapat lampu yang membentuk tulisan "Ganesha" , nama rumah makan (cafe) di pantai itu. Lantai pasir dan atap langit menambah suasana malam yang indah. Untung tidak hujan. Kalau pun turun hujan, ada tempat duduk beratap disediakan di dekat jalan raya. Pihak pengelola rumah makan tentu sudah mempunyai perhitungan. Saat cuaca cerah, kursi-kursi diatur di alam terbuka. Pengunjung dapat makan dalam tempat dengan pemandangan langsung ke pantai. Sebaliknya, ketika hujan turun, pengunjung dapat menikmati hidangan pada ruang yang beratap.
Sambil menungguHiburan di atas panggung pun ditampilkan. Beberapa pengawas sekolah ikut menyumbangkan lagu. Satu pengawas dari rombongan bus nomor 12 ikut menyumbangkan lagu. Judul lagu "Karmila". Lagu lawas itu dinyanyikan dengan iringan musik electone didampingi dua penyanyi khusus. Suasana kian meriah ketika rombongan pengawas lain berdatangan. Mereka menampakkan wajah ceria. Lampu-lampu yang dipasang di dekat meja menambah suasana meriah. Sambil menunggu lauk-pauk, kami membagi nasi yang ada dari ceting.
Saat itu lauk-pauk sea food sudah datang. Pramusaji meletakkan piring-piring berisi ikan goreng dan semacam cumi-cumi goreng bertepung di atas meja. Satu pengawas sekolah mendapatkan satu piring. Saat saya ditawari oleh pramusaji, saya mengatakan bahwa saya memesan lauk yang lain, bukan sea food. Untuk itu, saya perlu menunggu karena lauk non-sea food belum datang.
Sengaja saya memilih lauk non-sea food. Hal itu saya lakukan berdasarkan pengalaman beberapa tahun silam. Saat kami ke Jimbaran beberapatahun silam itu, pemandu wisata mengatakan tentang lauk sea food yang akan dihidangkan di Jimbaran. Ada kerang, cumi, dan berbagai ikan laut akan disajikan. Namun, faktanya, tidak seperti yang saya bayangkan. Semua lauk yang dihidangkan dalam ukuran minimalis. Berdasarkan pengalaman itu, kali ini saya memesan lauk yang berbeda. Hal itu memang ditawarkan oleh pemandu wisata. Kami memilih lauk sea food atau non-sea food. Saya pun mengambil peluang itu.
Beberapa saat saya harus menunggu. Sementara itu, teman-teman pengawas di samping kiri-kanan dan depan sudah melahap makanannya. Tanpa malu-malu, saya mencomot sedikit lauk mereka sambil minta izin tentunya. Rasa lapar telah menimbulkan keberanian untuk "meminta-minta". Hal itu tidak berlangsung lama. Lauk-pauk untuk saya pun diantarkan pramusaji.
Ada tempe dan tahu goreng. Ada pula ayam bakar. Tidak ketinggalan sate ayam. Kali ini saya perhatikan tusuk sate-nya berbentuk bulat. Tidak seperti tusuk sate saat makan di hotel dan rumah makan Saras di Bedugul. Saya pun segera mencomot satu demi satu lauk yang menggoda itu. Ukuran ayam bakar cukup besar sehingga saya perlu waktu agak lama untuk menghabiskannya.
Perut terasa cukup kenyang setelah menghabiskan ayam bakar. Empat tusuk sate ayam tidak termakan. Saya menawarkan kepada teman-teman pengawas lain tetapi mereka tidak berminat. Rupanya mereka sudah cukup kenyang dengan lauk masing-masing.
Sementara itu di panggung hiburan penyanyi sudah berganti beberapa kali. Ketua umum APSI (Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia) terpilih ikut pula menyumbangkan lagu. Pak Agus Sukoco memilih lagu berbahasa Jawa yang sudah cukup dikenal karena sering ditayangkan stasiun televisi beberapa tahun silam. Lagu itu sering dinyanyikan oleh beberapa penyanyi yang bukan etnis Jawa. Lagu berjudul "Gethuk" cukup populer pada zamannya bahkan hingga sekarang masih sering dinyanyikan.
Pada saat asyik menikmati lagu, ada pesan WA masuk. Ada pengawas yang duduk pada meja lain memperkenalkan diri bahwa beliau berasal dari Sangkal Putung, Klaten. Saya segera membalas dengan slogan, Klaten Bersinar. Tidak lama kemudian beliau mengirimkan foto posisi duduk. Saya pun menanyakan tempat tugas beliau. Dijawab lewat WA itu bahwa beliau adalah pengawas jenjang SMA dari Kota Bekasi. Alhamdulillah, bertambah kenalan pengawas asal Klaten lagi.Â
Sebelum meninggalkan lokasi makan malam di Pantai Jimbaran, saya menyempatkan waktu untuk menuju lampu yang membentuk tulisan "GANESHA" dan berswafoto.