Manusia tak akan pernah lepas dari permasalahan, dan setiap permasalahan memerlukan suatu keputusan, solusi, ataupun jalan keluar dalam penyelesaiannhya. Masalah yang ada harus diidentifikasi terlebih dahulu, apakah termasuk dilema etika ataukah bujukan moral. Selanjutnya, keputusan diambil dengan langkah-langkah yang berpedoman pada prinsip-prinsip pengambilan keputusan. Hal ini dilakukan karena pengambilan keputusan berhubungan dengan masa depan seseorang, kelompok maupun lembaga (misalnya satuan pendidikan). Salah satu faktor yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan adalah keterampilan coaching. Guru sebagai pemimpin juga harus memiliki kemampuan ini.
Dalam proses identifikasi, pembelajaran serta pendampingan melalui kegiatan coaching yang dipandu oleh fasilitator sangat efektif dalam membantu saya memahami materi yang ada. Contoh-contoh kegiatan coaching yang ada memberikan tambahan ilmu untuk dapat diaplikasikan di sekolah. Dengan teknik coaching, keputusan diambil dengan memperhatikan etika, nilai-nilai kebajikan universal, disesuaikan dengan visi misi dan tujuan sekolah yang berpihak pada peserta didik serta menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah. Salah satu ciri khas teknik coaching adalah adanya prinsip kesetaraan sehingga coach tidak terkesan menggurui coachee. Hal ini akan memberikan rasa nyaman bagi coachee dalam menyampaikan permasalahan-permasalahan, menggali potensi diri hingga menemukan solusi secara mandiri. Pertanyaan-pertanyaan berbobot yang diberikan coach kepada coachee merupakan langkah efektif untuk menggali potensi coachee untuk menemukan solusi. Teknik coaching ini dapat dilakukan kepada sesama guru maupun dengan peserta didik.
4. Bagaimana kemapuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek emosialnya berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam pengambilan keputusan harus senantiasa dilandaskan pada nilai-nilai kebajikan serta dilakukan dengan 9 tahap pengambilan keputusan sehingga masalah yang ada dapat dibedakan menjadi dilema etika atau bujukan moral.
Kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosi serta membangun relasi sosial akan menumbuhkan simpati dan empati sehingga individu tersebut dapat memposisikan diri dalam berkomunikasikan dengan orang lain. Seorang guru yang memiliki rasa empati dan simpati, akan lebih peka terhadap apa yang dirasakan oleh peserta didiknya. Hal ini berdampak pada poses identifikasi masalah hingga pengambilan keputusannya akan dilakukan dengan bijak. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus mempertimbangkan bahwa segala sesuatu harus berpusat pada peserta didik, berbasis etika dan nilai kebajikan serta berdasarkan pada empat paradigma, yaitu :
- Individu lawan kelompok (individual vs community)
- Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
- Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)Â
- Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Selain berdasarkan pada paradigma tersebut, juga harus mengacu pada tiga prinsip pengambilan keputusan, diantaranya :
berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking)
berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking)
berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking)
Dalam pengambilan keputusan, guru harus melaksanakan sembilan (9) langkah pengambilan keputusan yang terdiri dari :
- mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
- menentukan pihak yang terlibat
- mengumpulkan fakta yang relevan
- pengujian benar atau salah yang terdiri atas uji legal, uji regulasi/standar profesional, uji intuisi, uji publikasi, dan uji panutan/idola,
- pengujian paradigma benar lawan benar
- melakukan prinsip resolusi
- investigasi opsi trilema
- buat keputusan
- lihat lagi keputusan dan refleksikan
5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?