Mohon tunggu...
Supriyadi
Supriyadi Mohon Tunggu... Administrasi - ***

***

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hujan Sore Ini

11 Oktober 2022   17:13 Diperbarui: 11 Oktober 2022   17:19 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang pejabat butuh dana untuk pencalonannya. Dia punya informasi yg bisa dijual. Bukan informasi yg bisa diakses setiap orang. Hanya orang-orang 'dalam tembok' yg tau informasi itu. Dan informasi tersebut bisa menjadi komoditi menjanjikan bagi orang yg dapat memanfaatkannya. Tentu saja karena informasinya menguntungkan pembelinya.

Kemudian terjadi kesepakatan. Sang pejabat memerlukan dana, sang pembeli membutuhkan informasi, lalu presto! Terjadilah apa yg terjadi. Insider trading.

Sang pejabat merasa terancam jika sang wartawan mempublikasikan hasil investigasinya ke media. Bisa dipastikan elektabilitas sang kandidat akan drop jika berita itu benar-benar dipublikasikan oleh media tempat Dean bekerja. Tidak cukup elektabilitasnya yg akan jatuh, tapi sang pejabat akan kehilangan kredibilitas, sekaligus integritasnya akan dihancurkan oleh laporan hasil investigasi Dean.

"Bajingan," umpat Kezra nyaris tak terdengar oleh pengunjung kedai di meja terdekatnya, mengingat sang pejabat akhir-akhir ini sering mendapat sorotan kamera dari media untuk mencitrakan diri sebagai seorang politisi yg pro-rakyat.

Dean adalah ancaman bagi sang pejabat. Sementara sang pejabat memiliki akses serta resourches, yg bisa digunakan untuk melakukan operasi rahasia demi melenyapkan semua yg dianggap musuh politik, atau apapun yg bisa mengancam karir politik sang pejabat. Dean harus disingkirkan.

"Keparat jahanam," gumam Kezra pelan, "kekasihku bukan kriminal, dia hanya melakukan pekerjaannya sebagai wartawan. Tanpa penangkapan, tanpa penyidikan, tanpa dakwaan, tanpa pengadilan, tanpa vonis putusan pengadilan, kau habisi nyawa tak bersalah dengan menyuruh bandit-bandit bayaranmu agar menyamar jadi begal, perampok, entah apa yg akan kau rampas dari kekasihku.

"Kalian hanya ingin Dean mati dan menguburnya bersama dengan hasil investigasinya."

Dua lelaki dalam hidup Kezra hilang dalam satu waktu. Sang ayah, dan kekasih. Rencana hari pernikahan Kezra dan Dean tinggal sebulan lagi. Undangan sudah disebar, tapi takdir datang lebih cepat sebelum hari H itu tiba, seperti hantaman keras yg memporak-porandakan jiwa Kezra.

Berbulan-bulan setelah peristiwa itu, Kezra mengurung diri. Resign dari pekerjaan, mematikan smartphone, tidak keluar rumah kecuali untuk kebaktian hari Minggu untuk mendoakan ayah dan kekasihnya.

Seusai kebaktian pun langsung pulang ke rumah. Banyak teman-teman jemaat gereja prihatin, mengucapkan belasungkawa, mendoakan, tapi jiwa yg terluka tetaplah terluka, perlahan seiring berjalannya waktu mungkin luka itu akan mereda. Mereda, bukan hilang. Seandainya pun hilang tidak akan sepenuhnya hilang, luka itu akan membekas.

Kezra kembali ke kenyataan saat ini saat mendengar riuh suara tawa dari meja di tengah kedai. Meja yg lebih besar dari meja-meja yg lain dengan sofa di kedua sisi meja. Di sana ada empat wanita sosialita paruh baya yg sepertinya sedang membicarakan salah seorang temannya yg tidak ikut hadir dalam acara pertemuan sore itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun