Mohon tunggu...
supli rahim
supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Orang biasa

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mas Sugiri, Ajak Anak-anakmu Doakan Para Donatur dan Keluarganya

7 Juli 2023   05:46 Diperbarui: 8 Juli 2023   06:59 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Siapa Sugiri yang dibantu rumahnya secara gotong royong dari seluruh Indonesia itu? Dialah perantau dari Pekalongan Jawa Tengah. Dia merantau sejak umur 8 tahun karena ayah ibunya meninggal sejak kecil. Di Palembang menikah dengan gadis Air Itam Pulokerto Gandus Palembang Ema juga dari keluarga tidak mampu asal pulau Jawa. Keluarga Ema hanyalah tukang becak. 

Jadi buruh tani yang miskin papa

Sugiri dan keluarga menumpang di tanah orang dengan menanam ubi, membuat pondok yang tak layak ditempati karena lantai tanah dan atap daun nipah. Hidup dari upahan sana sini penghasilan tak menentu. Punya anak 3 orang dua sudah menikah. Yang pertama laki2, no 2 perempuan dan no 3 perempuan. Yang perempuan sudah menikah ditimpa musibah di mana suaminya menderita kebutaan permanen karena kena getah bunga sawit sewaktu panen sawit.

Jual sayur ubikayu

Penulis sering meneteskan air mata ketika melakukan sidak alias mengawasi tukang yang bekerja di rumah Sugiri. Lagi kemana Sugiri? Lagi mengambil pucuk ubikayu yang ia tanam pada lahan orang lain dengan jumlah pesanan 30 ikat. Berapa 1 ikat Ri? Nama panggilan Sugiri. Rp 1 k, katanya? Itupun kadang setiap hari, kadang 2 hari sekali. Penulis tidak melihat Sugiri saja tetapi membayangkan ada jut⁵⁵4þaan keluarga buruh tani di seluruh Indonesia.

Keluarga penulis

Penulis punya ayah ibu kakek dan 5 adik-adik yang nasih kecil hingga umur kuliah. Walau ada kebun dan sawah yang luas tetap saja dibujuk untuk pindah ke kota. Waltu itu yang penulis pikirkan adlaah sekolah adik-adik. Sebab di desa sekolah jauh bahkan ada hanya di kota terdekat. Kala itu sekolah tinggi atau Universitas hanya ada di kota. 

Lain keluarga Sugiri lain keluarga penulis. Keluarga Sugiri tak berorientasi untuk menyekolahkan anak tetapi yang penting adalah untuk bertahan hidup. Maka ketika penulis bertemu secara tak sengaja karena penulis tahu dia baru saja dikasih lahan oleh tetangganya pak Syahidin yang dapat warisan dari abang ayahnya yang meninggal beberapa waktu lalu.

Doakan para donatur

Ya pak. Saya selalu mendoakan semua yang menyumbang untuk pembangunan rumah saya ini pak. Tak mungkin saya punya rumah seperti ini tanpa bantuan bapak dan teman-teman. Saya menangis pak ketika rumah saya sudah hampir selesai seperti sekarang ini. Sudah dipelester, pintu dan jendela sudah selesai. Sabar ya mas, kata penulis, untuk atap belum cukup uangnya. Kita akan mulai lagi pembangunan jika uangnya sudah cukup. Ya pak Haji, kata mas Sugiri.

Dokpri. Per 3 juli 2023
Dokpri. Per 3 juli 2023

Semoga Allah ridho

Membantu orang miskin ini tak pernah rugi. Rezeki kita akan diberkahi Allah, urusan kita dipermudah, anak-anak kita akan menyenangkan hati, hati kota akan dibersihkan oleh Allah. Berapapun sumbangan kita maka kita akan memperoleh pahala kumulatif yang pahala membangun 1 buah rumah dengan nilai  ratusan juta rupiah (nilai jual tanah dan nilai jual bangunan). Katakanlah kita menyumbang Rp 100 k maka nilai pahala akumulatif sama dengan Rp 100 juta lebih.

Semoga selamatlah kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun