Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Empat Rahasia dalam Percepatan Menjadi Guru Besar

27 Maret 2021   02:14 Diperbarui: 27 Maret 2021   04:57 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rahasia kecil tapi penting untuk menjadi guru besar itu adalah rajin berdoa, rajin bersedekah dan rajin meneliti dan menulis serta mempublikasian hasil penelitian pribadi maupun kelompok di jurnal ilmiah dalam negeri maupun luar negeri. Lainnya,selalu "updating" peraturan menjadi guru besar dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Rahasia utama berikut yang mestinya dijalani oleh para calon guru besar yang penulis ungkapkan pada rapat DPP ADRI melalui zoom pada 25 Maret 2021 antara lain:

Pertama, para calon guru besar perlu mengikuti "sabatical leave".

Kedua, para calon guru besar perlu mengikuti "visiting professor".

Ketiga, para calon guru besar perlu melakukan "Colaborative research".

Keempat, para guru besar mesti mengikuti "coaching clinic".

Sabatical leave itu adalah cuti ke luar negeri meninggalkan tugas untuk fokus menulis, meneliti dan mempublikasikan tulisan bersama dwngan pihak universitas tempat kita melakukan program sabatical leave. Program ini perlu dibiayai oleh sponsor misalnya lembaga pemerintah atau universitas tempat caprof bekerja. Banyak calon profesor menempuh cara ini untuk me -"refresh" kemampuan mereka menulis, meneliti, mempublikasikan tulisan ilmiah dan berbahasa asing dsb.

Program Visiting professor ini sedang digarap oleh ADRI. Penulis adalah penangggung jawab progran ini bersama Dr Andi Mursidi dari DPP ADRI dan Rektor STKP Singkawang Kalbar. 

Collaborative Research mestinya dilakukan oleh calon guru besar dengan membuat proposal bersama dan meneliti serta mempublikasi bersama dari sumber dana hibah bersaing pada tingkat nasional atau sumber dana Universitasbtempat caprof bekerja. Para pimpinan universitas mestinya menganggarkan dana riset kolaboratif untuk calon guru besar minimal Rp 100 juta setahun untuk para calon profesor naupun para profesor mereka. Mengapa penting? Karena setiap Universitas atau sekolah tinggi perlu memiliki profesor dan karyanya pada level internasional jika akreditasi Univeraitas aau proram studi hasilnya "Baik Sekali".

Program coaching clinic mesti diikuti secara berkala oleh calon guru besar. Coaching clinic ini perlu dibimbing oleh pembimbing profesional yang dibayar dalam upaya "meng-upgade: kemampuan caprof menulis, meneliti dan mempublikasi tulisan ilmiah berkaliber internasional dalam bidang masing-masing.

Demikian rahasia percepatan menjadi guru besar untuk dapat digunakan dan dipedomani oleh para caon guru besar di lingkungan ADRI. Salam Adri hebat. Dengan demikian tugas saya yang diamanahkan oleh presiden Adri Prof Dr A Fathoni Radeli, MPd sudah penulis selesaikan. Hasilnya menunggu pertambahan guru besar dalam kepenguusan dan anggota ADRI pada tahun-tahun ke depan.

Jayalah kita semua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun