Di RSCM kami seharian berdoa dan berzikir kepada Allah sambil membimbing abang untuk selalu mengucapkan kalimat thoyibah. Kami puas mendoakan almarhum sepanjang hari jumaat, 5 Februari itu. Beliau beberapa kali merespons kami.
Hari sabtu pagi abang kesayangan kami itu dipanggil Allah. Siang itu dilangsungkan pemakaman di Al-Azhar Memorial Garden Karawang, Jabar. Perlu perjalanan 2 jam dengan kendaraan melalui jalan tol ke sana. Malamnya kami melakukan takziyah di Komplek perumahan Qarya Thoyibah Serengseng Jakarta Barat.
Pulang ke Palembang
Setelah prosesi pemakaman abang kami, dilanjutkan takziyah malam pertama kami pamit untuk pulang kampung besok harinya Ahad 7.2.2021. Setelah tidur, pagi sekali  kami mempersiapkan diri berangkat untuk pulang kampung menuju palembang. Pukul 5.30 wib kendaraan meluncur melewati jalan tol Jakarta Tangerang.Â
Sambil mencari tiket online, kendaraan terus meluncur menuju pelabuhan Merak. Alhamdulillah setiba di Merak kami bisa langsung "boarding" karena kapal Ferry Ekspres sudah siap berangkat. Jadwal keberangkatan yang kami pesan adalah pukul 10.00 wib. Sementara kami toba di pelabuhan Merak pukul 08.00 wib.
Dalam perjalanan pulang ini ombak di kapal relatif besar. Ombak datang dari barat.
Membayangkan jika ada jembatan
Menyadari bahwa Penyeberangan Merak-Bahauheni adalah penyeberangan yang paling ramai di tanah air, penulis mempertanyakan dan mencoba menganalisis mengapa ada tarik ulur pembangunan jembatan itu.
Menurut BPS, ada 17 juta penduduk Indonesia yang menggunakan jasa penyeberangan Merak-Bakauheni itu setiap tahun. Jumlah ini adalah 2 kali penduduk kota Jakarta. Atau setara dengan 8x penduduk provinsi Bengkulu.Â