Bismillah,
Kita semestinya dan sewajarnyalah selalu bersyukur kepada Allah, pencipta alam semesta, pencipta kita, penjaga kita, pelindung kita, pemberi rezeki kita. Kita juga sangat dianjurkan untuk selalu berselawat kepada nabi karena jasa beliau telah menjadikan kita ada iman, ada islam. Allahumma shaliala muhammad. Tulisan ini membahas tentang lika-liku kemesraan antara  anak dengan orangtua, antara sesama pasangan, sesama teman dan dengan tuhan kita.
Keterpaksaan belaka
Manusia selalu berubah. Selalu menyesuaikan dengan keadaan. Sehingga kemesraan di antara mereka berubah. Anak awalnya mesra kepada orangtuanya karena anak masih membutuhkan orangtua. Tetapi kita mereka ada hal lain di sisi mereka maka kemesraan itu berganti kepada pasangan mereka, kepada teman mereka, kepada pekerjaan mereka.
Teman sewaktu kuliah akan saling mesra satu sama lain tetapi setelah mereka berpisah, setelah tamat kemesraan itu berubah. Mereka berganti teman, berganti suasana, berganti lingkungan, berganti pula keadaan, maka kemesraan sesama teman juga berubah.
Kemesraan dengan tuhan juga berubah karena kondisi iman manusia. Manusia yang diberi musibah akab mesra dengan Allah, rabb mereka. Tetapi jika mereka sudah dihilangkan persoalan oleh rabb mereka maka akan berkurang kemesraan mereka kepada tuhan mereka.
Kemesraan itu bisa terjaga
Kemesraan antara manusia dengan manusia bisa terjagamanakala manusia itu imannya meningkat. Manusia akan ikhlas dalam melakoni kehidupan. Tetapi karena iman manusia naik turun, masuk keluar, maka di situlah timbul pernasalahan dengan kemesraan. Manusia tidak mesra lagi terhadap dirinya sendiri apalagi kepada orang lain.
Kunci kemesraan hubungan antara manusia, dengan tuhan mereka adalah rasa syukur kepada tuhan yang tinggi. Alhamdulillah sealu memenuhi hati sanubarinya, menghiasi fikir dan lisannya. Dia akan selalu berterima kasih kepada tuhannya, lepada manusia yang berbuat baik padanya, dan bahkan kepada manusia yang berbuat jahat padanya.
Kemesraan pelengkap sandiwara
Kemesraan sebagai pelengkap sandiwara adalah kemesraan yang palsu. Kemearaan seperti itu semestinya tidak boleh terjadi. Jika berteman  kita mesti jaga kehormatan teman, perasaan teman, kemesraan dengan teman. Jangan perlakukan hal yang tidak sama baik dalam bertutur, bertindak dan bersikap. Jangan berteman karena aksesori. Itu akan hilang. Berteman mesti karena Allah.
Begitu juga dengan orangtua, atau orang yanh dianggap tua. Jangan kita berubah tingkat kemesraan kita. Jangan hanya bersandiwara. Halus ikhlas. Harus "genuine". Begitu juga dengan kemesraan kepada guru-guru kita. Kita jaga hubungan baik yang pernah ada, minimal dalam doa kepada tuhan kita. Â Minta ampunkan kepada Allah semua kesalahan orangtua dan guru-guru kita, karena mereka itu sangat berjasa dalam hidup kita.
Kita tidak mungkin seperti sekarang tanpa ada pebgorbanan ornagtua, guru dan siapa saja yanh berjasa dalam hidup kita. Jaga kemesraan hubungan kepada kita semua karena itu adalah perintah Allah..
Kemesraan kepada rakyat
Sewaktu masih kampanye para politisi sangat mesra dengan rakyat, dengan calon pemilih. Mestinya kemesraann itu harus dijaga dan terjaga. Waktu kampanye para politisi menggendong anak kevil jika ketemu, waktu kampaye politisi mengunjungi pemilih di rumah mereka. Waktu kampanye para politisi berjanji dengan manis kepada calon pemilih. Mestinya mereka melakukan hal yang sama jika sudah terpilih.
Belakangan kita disuguhi berita betapa seorang Habib Riziek menjadi ajang pembullya  para buzzer, para pejabat negara. Wajar jika kita berikan penghargaan dan penghormatan kepada beliau. Beliau itu adalah ulama, beliau itu sangat setia kepada NKRI. Banyak buktinya. Beliau menggalakkan kegiatan sosial jika ada musibah nasional atau lokal. Beliau juga anti PKI karena itu memang beralasan. PKI adalah musuk bangsa. Habib Rizik juga pantas diberi kemesraan oleh negara karena beliau sangat getol untuk memerangi kebathilan, kemungkaran yang akan merusak sendi-sendi kehidupan bernegara.Â
Penutup
Dengan tuntasnya tulisan ini, penulis ingat mengingatkan kembali bahwa kemesraan kita kepada sesama kita mesti jangan sebagai pelengkap sandiwara saja. Kemesraan kita dengan orangtua mesti jangan lapuk walau mereka sudah tua atau sudah tidak ada. Kita doakan selalu orangtua. Kemesraan kita dengan teman-teman kita semestinya kita jaga dengan ikhlas. Kemesraan kita dengan tuhan kita, Allah swt semestinya jangan pernah luntur. Karena kita perlu Allah. Kita perlu pertolonganNya, perlindunganNya dan ridhoNya.Â
Jayalah kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H