Bismillah,
Saya  sejak merebaknya pandemi covid 19 adalah orang yang tidak dengan semerta percaya dengan kegawatan penyakit itu. Kenapa? Karena asal usul merebaknya virus itu adalah dari negara China. Tulisan ini mencoba menghimbau agar sekolah, kantor dan pelayanan publik segera dikembalikan kepada normal bukan "new normal".
Jumaat Tak Pernah Berhenti
Begitu ada propaganda dan berita merebaknya pandemi covid 19 di bulan Januari 2020 kebanyakan masjid lock down alias tidak melaksanakan shalat jumaat. Saya masih survai masjid-masjid yang melaksanakan shalat jumaat. Alhamdulillah berhasil.Â
Setelah itu kami melakukan shalat jumaat sendiri di masjid kami tanpa persetujuan pengurus masjid. Pada waktu itu marbot kena marah pengurus karena membiarkan acara shalat jumaat dilangsungkan pada hal dilarang oleh pemerintah. Alhamdulillah, beberapa kali penulis menjadi imam dan khotib shalat jumaat.
Idul Fitri tidak dilaksanakanÂ
Saking berhasilnya propaganda covid 19 di masjid kami dapat dilihat dari sejumlah indikator. Pertama, protkes untuk menjaga jarak dalam shaf waktu shalat berjemaah masih tetap berlangsung sampai sekarang. Padahal masyarakat dan jemaah sehat-sehat saja seperti biasa. Yang sakit ada. Ya sakit tua, meninggal dan sebagainya.Â
Pada idul fitri tahun ini dilarang keras oleh DKM Masjid. Saya sudah berusaha keras untuk membujuk para senior dan pe gurus masjid untuk mengizinkan kami melaksanakan shalat idul fitri. Pengurus tak bergeming. Mereka tetap tak mengizinkan. Lucunya saya dapat laporan bahwa mereka melaksanakan shalat idul fitri di rumah salah seorang rekan di komplek perumahan kami.
Kedua, sampai sekarang kegiatan di rumah aja dan shalat di rumah aja. Sayang pasar, mall dan jalan masih sesak. Ini merupakan bukti keberhasilan propaganda media yang didukung oleh para pakar dan pemerintah.
Mulai Kendor
Ada fenomena yang menarik untuk diperhatikan. Pertama, masyarakat mengendor dalam menerapkan prosedur tetap kesehatan yakni cuci tangan ketika mau masuk masjid, warung, toserba apalagi pasar tradisional. Di pasar tradisional sama sekali tidak diterapkan protkes, cuci tangan, jaga jarak dan masker.Â