Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bid'ah Hasanah Versus Bid'ah Dholalah

23 September 2020   07:43 Diperbarui: 23 September 2020   07:47 1537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah,

Kita mesti bersyukur bahwa dalam hidup ini kita dianugerahi akal, hati, mata, telinga dan ilmu pengetahuan dan teknologi dll.

Pagi ini seorang anggota grup WA kami memposting video tentang bid'ah  tentang suatu amalan. Itu adalah ceramah seorang ustadz. Tentu saja itu hal yang bagus. Teman-teman di grup itu menangapi dengan santai bahwa itu sudah membudaya di masyarakat kita. Tulisan ini ingin sedikit membahas sedikit tentang  seputar bid'ah dan sikap kita menghadapinya.

Dalam menjalani hidup ini baik urusan agama atau selain urusan agama sebaiknya kita konsultasikan dulu dengan alquran dan hadist. Melalui ijtihad langsung atau melalui ulama atau guru kita.

Jika tidak ada pada zaman nabi maka itu disebut bid'ah.  Tetapi apakah bid'ah itu semua boleh atau tidak boleh?

Apa saja bid'ah dalam hidup kita?

Pertama, shalat pakai sarung dan pakai baju batik.

Kedua, baca yaasin dan tahlilan sewaktu kematian, syukuran dll.

Ketiga,  pergi haji naik pesawat terbang.

Keempat, mengumpulkan alquran.

Kelima, zikir pakai tasbih.

Keenam, sekolah pakai waktu 6 tahun, 3 tahun, 3 tahun untun SD, SMP dan SMA.

Ketujuh, pergi ke mesjid pakai motor, sepeda atau mobil.

Kedelapan, bayar zakat fitrah pakai beras.

Kesembilan, makan di atas meja.

Kesepuluh, mencari rezeki dengan menanam padi, menanam sawit, beternak ikan, jadi PNS, jadi pegawai swasta dll.

Kesepuluh, rumah berdinding dan berlantaikan keramik.

Kesebelas, berkomunikasi bahkan menikahkan anak pakai zoom, WA, FB.atau pakai telepon.

Kedua belas, merokok, jual rokok dll.

Ketiga belas, bertanam durian, ternak itik, ternak angsa dll.

Pendek kata hampir semua kegiatan manusia akhir zaman ini semuanya tidak ada pada zaman nabi. Lalu apakah itu semua adalah bid'ah? Betul sekali. Semua adalah bid'ah.

Apakah semua bid'ah itu tertolak? Jawabnya bisa iya bisa tidak. Yang tertolak itu jika manfaatnya lebih kecil dari mudhorat. Yang tidak tertolak jika maslahatnya lebih banyak.

Mari kita bahas bid'ah mengumpulkan alqur'an. Adalah sejumlah sahabat nabi terutama Ali bin AbinTholib yang khawatir akan hilangnya alquran jika tidak dikumpulkan. Kenapa? Karena banyak para sahabat nabi yang hafidz quran wafat dalam satu peperangan.

Pada kesempatan pertama sewaktu Abu Bakar menjadi kholifah, dia didesak untuk menuliskan alquran dan membukukannya. Tetapi Abu Bakar takut. Karena itu perbuatan bid'ah.

Begitu selanjutnya terjadi pada zaman khalifah Umar bin Khatab. Umar tidak mau. Karena itu bid'ah. Maka pada zaman khalifah Usman bin Affan pengumpulan alquran dilakukan. Sehingga alquran kekal seperti sekarang.

Kembali kepada persoalan bid'ah tahlilan dan baca yaasin. Silakan dilakukan pertimbangan yang sama dengan bid'ah mengumpulkan alquran. Jika kita yakin baca yaasin itu banyak maslahat dari mudhorat. Silakan dilakukan. Jika kita yakini banyak mudhorat jangan.

Demikian juga dengan pergi haji. Kalau mau afdhol jalan kaki atau naik onta.

Shalat jangan pakai sarung. Tapi pakai gamis. Silakan.

Merokok itu bid'ah apalagi jual rokok. Tapi kita tetap menghormati yang merokok. Mosok setiap bertemu dengan orang merokok kita harus mengatakan padanya "ini bid'ah, semua bid'ah sesat, sesat masuk neraka". Tentu kita harus bijak. Sampaikan bahwa merokok itu tidak baik. Jika teman kita masih merokok, iya sudah.

Demikian juga beternak itik, ayam, kerbau itu tidak ada pada zaman nabi. Berkebun kopi tak ada pada zaman nabi. Jadi PNS tidak ada pada zaman nabi.

Pakai sarung waktu sholat tidak ada pada zaman nabi. Bangun rumah pakai semen, pakai batu bata, pakai keramik, pakai beton cor, pakai wc keramik, pakai ledeng dsb semua adalah bid'ah.

Apa kata qur'an dan hadist?

Alquran dan hadist memerintahkan kita untuk membaca, menyerahkan pada ahlinya, berdiskusi dan memggunakan "reason".  Gunakan keyakinan, pelajari baik buruknya, berijtihadlah. Lalu putuskan.

Penulis pada suatu saat juga  bersifat kaku tetapi pada saat lain bersifat lentur. Pada suatu saat saya meminta pendapat kepada teman dari Arab Saudi apakah menghilangkan najis itu masih diperlukan membasuh anggota badan dengan tanah selain air. Beliau menjawab dengan air dan sabun cukup. Tetapi saya tetap menambah sekali dengan tanah lalu dibasuh dengan air dan sabut minimal tujuh kali. Terserah Allah yang jadi hakim kami.

Demikian juga ada yang keberatan dengan pembacaan yaasin dan tahlil pada 3 hari, 7 hari, 41 dan 100 hari. Penulis juga tidak mengalahkan dan membenarkan. Kenapa? Asal mereka tidak melakukan kesyirikan seperti membakar kemenyan. Maka kenapa tidak?

Allah dan rasulNya tidak melarang hal-hal yang bersifat kebaikan asal jangan berlebihan. Lihatlah kasus perbaikan tempat manasik haji selalu mengalami perbaikan. Itu semua bid'ah. Tetapi hasanah.

Tempat lempar jumroh sudah tiga tingkat. Tempat sai dan thawab sudah 4 tingkat. Ke Mina sudah ada kereta api cepat. Ini semua tidak ada pada zaman nabi.

Orang naik haji dan umroh pakai bis dan pesawat terbang. Pada hal pada zaman nabi orang jalan kaki dan naik onta yang kurus.

Tempat thawab dan lantai masjid nabi dan masjidil haram semua menggunakan batu alam granit yang anti panas padahal pada zaman nabi terbuat dari pasir dipadatkan.

Lihatlah tempat wukuf di arofah ada tenda-tenda memakai AC padahal pada zamn nabi hanya beratap langit.

Lihatlah untuk miqad di Minna semua pakai tenda tenda yang cantik cantik pada hal pada zaman nabi itu tidak ada.

Penutup
Menarik sekali memperhatikan diskusi dari grup WA keluarga Lubuk Langkap Air Nipis Bengkulu selatan tentang sejumlah hal. Saya bangga mengikuti diskusi mereka itu. Tetapi saya tidak nimbrung secara seksama. Saya hanya menulis tulisan ini sebagai pengganti diskusi dengan mereka. Karena menurut saya berdebat soal agama itu boleh tetapi sebaiknya dihindarkan karena tidak dianjurkan. Hanya Allah tempat kita semua bertawakal dalam segala urusan.

Jayalah kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun