Bismillah,
Dusun Lubuk Langkap Desa Arisan Tinggi  penuh cerita tentang orang-orang sukses dalam hidup.  Banyak yang mengais rezeki di luar Lubuk Langkap tapi banyak juga yang sukses di tempat sendiri. Kali ini saya menyempatkan untuk membahas tentang sejumlah hal yang dialami yartono sebagai pemuda yang menetap di Lubuk Langkap. Tulisan ini bukan keluhan ybs tetapi swbagai informasi berharga bagi para pemimpin di daerah Bengkulu Selatan bahkan provinsi Bengkulu.
Siapa Yartono?
Yartono adalah seorang anak yatim piatu karena ayah ibunya meninggal ketika dia masih kecil. Walau begitu dia tetap bersekolah dan menjalani hidup secara normal. Buktinya ketika umur belum 30 tahun dia berani dan tegar membuka lahan untuk sawit di hulu Tanjung tengah.
Yartono menceritakan bahwa kebun sawitnya pernah menghasilkan tandan buah segar sebanyak seton setiap kali panen dengan harga tinggi. Dengam harga tinggi Yartono berhasil membangun rumah yang memadai sama seperti kebanyakan warga Lubuk Langkap. Kini dia bahagia dengan keluarga kecilnya.Â
Sekedar informasi bukan keluhan
Yartono menceritakan kepada penulis bahwa sinyal semua operator di Lubuk langkap sering hilang ahlias tidak ada. Tidak jarang mereka keluar dusun lubuk langkap jika mau bermain facebook danWA. Hal serupa dinyatakan oleh Isman Masak dan Antasari Wanit.Â
Yartono menyatakan bahwa belakangan ini harga TBS sawit jarang di atas Rp 1000 per kilogram. Pada hal biaya angkut tetap tinggi yakni Rp 200 per  kilogram. Tingginya biaya angkut ini karena jeleknya jalan produksi ke lokasi kebun sawitnya. Tidak itu saja, ternyata jembatan ke lokasi kebun menurut yartono banyak yang rusak.
Adakah perhatian pemerintah?
Yartono secara lugu mengatakan kepada penulis bahwa pemerintah jarang hadir mendengarkan dan melijat kani rakyat di sini bang, kata Yartono. Mengapa? Karena mereka hanya datang sebelum pemilu saja. Banyak yang datang dan berjanji. Tapi sesudah pemilu merena sibuk. Jarang ada yang datang ke tempat kami. Ketika ditanya apakah Yartono tertarik untuk menjadi anggota dewan dengan senyum dia menjawab "aypa fikir dululah". Saya takut ingkar janji, katanya mengakhiri bincang-bincang dengan penulis.
Pada kesempatan terpisah penulis menyempatkan diri bertanyak obsesi pemuda lain yang terlibat dan memahami persoalan pertanian di Air Nipis dan sekitarnya. Mereka itu adalah Ali Musramin, SE dan Andang Sukardi. Yang pertama adalah ketua Himpunan keluarga Manna Perwakilan Beungkulu dan yang kedua pekebun dan peternak asal Jombang. Menurut Ali setiap tahun panen padi di sawah yang dia miliki di air luangan sebelah hilir Lubuk Langkap bisa 2 kali setahun. Dia juga menjelaskan bahwa petani pemilik masih memperoleh keuntungan dengan porsi yabg lebih tinggi, meski ada biaya produksi yang juga semakin membumbung.Â
Pada kesempatan lain anak muda yang sukses memimpin perusahaan di Jombang enggan ikut dalam laga menjadi kepala daerah. Biarlah saya menjadi seperti  yang sekarang katanya. Ari pemlik mesin di desa Palak Bengkerung memberi informasi bahwa upah mengolah padi gabah menjadi beras adalah 10 persen dari beras yang dihasilkan. Setiap ton beras yang diproduksi dipungut upah sebanyak 100 kg. Dalam sehari Ari biasa mengantongi upah sebanyak 4 ton. Sungguh mencengangkan.Â
Ingat lubuk langkap ingat padi sawah.
Jayalah kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H