Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penuturan Yartono Lubuk Langkap tentang Berkebun Sawit dan Bersawah

5 September 2020   14:07 Diperbarui: 5 September 2020   14:21 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Dusun Lubuk Langkap Desa Arisan Tinggi  penuh cerita tentang orang-orang sukses dalam hidup.  Banyak yang mengais rezeki di luar Lubuk Langkap tapi banyak juga yang sukses di tempat sendiri. Kali ini saya menyempatkan untuk membahas tentang sejumlah hal yang dialami yartono sebagai pemuda yang menetap di Lubuk Langkap. Tulisan ini bukan keluhan ybs tetapi swbagai informasi berharga bagi para pemimpin di daerah Bengkulu Selatan bahkan provinsi Bengkulu.

Siapa Yartono?

Yartono adalah seorang anak yatim piatu karena ayah ibunya meninggal ketika dia masih kecil. Walau begitu dia tetap bersekolah dan menjalani hidup secara normal. Buktinya ketika umur belum 30 tahun dia berani dan tegar membuka lahan untuk sawit di hulu Tanjung tengah.

Yartono menceritakan bahwa kebun sawitnya pernah menghasilkan tandan buah segar sebanyak seton setiap kali panen dengan harga tinggi. Dengam harga tinggi Yartono berhasil membangun rumah yang memadai sama seperti kebanyakan warga Lubuk Langkap. Kini dia bahagia dengan keluarga kecilnya. 

Sekedar informasi bukan keluhan

Yartono menceritakan kepada penulis bahwa sinyal semua operator di Lubuk langkap sering hilang ahlias tidak ada. Tidak jarang mereka keluar dusun lubuk langkap jika mau bermain facebook danWA. Hal serupa dinyatakan oleh Isman Masak dan Antasari Wanit. 

Yartono menyatakan bahwa belakangan ini harga TBS sawit jarang di atas Rp 1000 per kilogram. Pada hal biaya angkut tetap tinggi yakni Rp 200 per  kilogram. Tingginya biaya angkut ini karena jeleknya jalan produksi ke lokasi kebun sawitnya. Tidak itu saja, ternyata jembatan ke lokasi kebun menurut yartono banyak yang rusak.

Adakah perhatian pemerintah?

Yartono secara lugu mengatakan kepada penulis bahwa pemerintah jarang hadir mendengarkan dan melijat kani rakyat di sini bang, kata Yartono. Mengapa? Karena mereka hanya datang sebelum pemilu saja. Banyak yang datang dan berjanji. Tapi sesudah pemilu merena sibuk. Jarang ada yang datang ke tempat kami. Ketika ditanya apakah Yartono tertarik untuk menjadi anggota dewan dengan senyum dia menjawab "aypa fikir dululah". Saya takut ingkar janji, katanya mengakhiri bincang-bincang dengan penulis.

dokpri dari yartono
dokpri dari yartono
Benahi pertanian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun