Bismillah,
Alhamdulillah saya berasal dari sebuah dusun kecil di Air Nipis Bengkulu Selatan bernama Lubuk Langkap. Lubuk itu bermakna palung di sungai. Langkap itu adalah palma liar (mirip pohon aren) yang berukuran besar dan buahnya terasa pahit tapi umbutnya enak dimakan.Â
Rotan ini menandai suatu daerah yang masih hutan belantara. Dusun ini sesuai namanya adalah palung sungai yang banyak ikannya, jernih tetapi tidak ada buayanya. Tulisan ini memaparkan dua orang yang banyak jasa memotivasi warga dusun Lubuk Langkap.
Pria yang berkacamata ini umurnya tidak muda lagi tetapi masih terlihat ganteng. Kini dari pernikahannya dengan gadis Pino setengah abad yang lalu sudah dianugerahi sejumlah anak dan cucu. Cucu dan anak Abdul Djalil ada di Ibukota negara Jakarta, Palembang dan Bengkulu.
Mengapa Abdul Djalil saya pilih sebagai pemberi motivasi warga Lubuk Langkap? Sejumlah alasan saya punya setelah melakukan survei lintas generasi. Pertama, Abdul Djalil adalah guru bahasa Inggeris pertama mungkin di seluruh kecamatan Seginim Bengkulu Selatan Bengkulu, jauh sebelum banyak warga Lubuk Langkap mengenjam pendidikan SMA ke atas.Â
Abdul Djalil pada tahun 1970-an sudah menjadi gutu di Sekolah Menengah Ekonomi Atas. Saya meyakini banyak warga Bengkulu Selatan yang termotivasi oleh Abdul Djalil melalui pengajaran beliau dalam bahasa Inggeris.Â
Kenapa? Karena bahasa Inggeris merupakan bahasa Intrrnasional. Ketika orang mampu berbahasa Inggeris maka tidak menutup kemungkinan para murid Abdul Djalil yang termotivasi untuk meniti karir atau bisnis pada level internasional.
Ketika warga Lubuk Langkap mengalami perubahan pesat dalam pendidikan, mereka teringat dengan sosok Roni Baid. Beliau ini adalah seorang berbasis pendidikan Agama mulai dari Pendidikan Guru Agama sampai menjadi mahasiswa Insititut agama  islam. Roni sudah menempuh pendidikan Sarjana Hukum dan Master Humaniora termasuk Master Hukum.  Tidak mengherankan jika beliau saat ini menjadi pengara atau advokat.
Pertama, tentang seluk pemerintahan desa.
Kedua, tentang sejarah.
Ketiga, tentang pendidikan hakim dan advokad.
Keempat, tentang adat istiadat.
Kelima, tentang profesi pengacara.
Roni melalui media banyak kesempatan selalu memaparkan  tentang pentingnya beragama kepada warga Lubuk Langkap. Agama dengan segala ritualnya sering menjadi pokok bahasan ketika bertemu warga Lubuk Langkap.
Dalam banyak kesempatan Roni banyak cerita tentang penderitaan yang dia  alami ketika sedang bersekolah pada saat dusun Lubuk Langkap masih terpencil. Roni selanjutnya selalu memotivasi warga Lubuk Langkap agar secara berangsur mengajukan proposal pemekaran desa Sukamaju supaya Lubuk Langkap berubah menjadi desa mandiri.
Sejumlah peraturan tentang persyaratan pemekarab desa dipaparkan oleh Roni. Namun masih susah diikuti oleh warga dusun Lubuk Langkap. Ketika saya tanyakan kepada Ansari Wanit, apa penyebab susah memekarkan desa Sukamaju ditemui sejumlah kendala. Menurut Ansari, rendahnya jumlah KK di dusun Lubk Langkap adalah penyebab utama susahnya melakukan pemekaran Desa Sukamaju Air Nipis Bengkulu Selatan.
Salah seorang warga Lubuk Langkap yang kini bermukim di Lahat mempunyai pendapat tentang keduanya. "Betul sekali, teringat waktu kami masih sekolah di MIM Tg. Baru tahun 1970-an, jika Roni Baid dan Abdul Djalil pulang kampung kami murid-murif kalaitu datang melihat dari dekat keduanya. Dalam pikiran kami waktu itu alangkah enaknya keduanya yang bersekolah jauh jadi orang pintar. Sejak saat itu kami selalu bepikir tentang langkah-langkah kami mesti tempuh agar kami juga sukses dalam belajar. Jadi memang betul bahwa keduanya telah menjadi pendorong kami  supaya sekolah sampai ke mana mana. Dan alhamdulillah saat ini banyak keturunan warga  Lubuk langkap telah berhasil sekolah maupun bekerja. Bravo warga lubuk langkap tercinta . Isman teruskan semangat untuk anak-anak dan cucu-cucu kami di dusun.Â
Demikian tulisan tentang dua motivator kawakan asal dusun Lubuk Langkap Air Nipis Bengkulu Selatan. Ini sangat berguna bagi warga Lubuk Langkap ke depan.
Jayalah kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H