Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Manusia Merdeka: Memenuhi Keinginan vs Keperluan

22 Agustus 2020   05:54 Diperbarui: 22 Agustus 2020   06:16 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Baru saja kita merayakan hari ulang tahun (HUT) kemerdekaan negara kita yang ke 75. Itu berarti bahwa negara kita sudah merdeka selama 76 tahun. Banyak kemajuan yang sudah kita raih, sebagai bangsa dan negara atau sebagai individu atau keluarga. Tetapi kita ada keinginan dan ada kebutuhan atau keperluan. Tulisan ini membahas tentang upaya menjadi manusia merdeka dengan menyeimbangkan antara kringinan dan keperluan.

Manusia merdeka

Kita bersyukur karena terlahir sebagai manusia yang merdeka. Negeri kita tidak lagi dijajah oleh penjajah dari negara asing. Dulu Indoneia dijajah oleh Belanda, Inggeris, Jepang dan Portugis. Dulu nenek moyang kita tidak bebas untuk bersekolah, tidak bebas bepergian dan sebagainya.

Sejak merdeka kita bebas bersekolah, bebas bepergian. Tapi kita perlu ingat banyak keluarga kita yang tidak sempat bersekolah, bepergian dan makan saja masih susah. Mereka itu secara relatif masih belum merdeka dibandingkan dengan  kita.

Hakekat kemerdekaan

Kemerdekaan pada hakekatnya adalah kebebasan untuk mentaati Allah swt. Bahwa kehidupan kita di bumi ini bukan hanya untuk dunia fana ini saja tetapi untuk mempersiapkan diri menuju alam akhirat. Sebelum ke alam akhirat kita perlu mempersiapkan diri menuju alam kubur.

Mentaati Allah dalam semua aspek kehidupan adalah keperluan kita yang sesungguhnya. Bukan untuk memuaskan semua keinginan kita. Keinginan manusia sifatnya tak terbatas. Biasanya terkait dengan nafsu.

Manusia mempunyai dorongan nafsu untuk punya kuasa, punya harta dan punya wanita (atau pasangan). Dengan dorongan itu maka manusia rela melakukan apa saja agar keinginan itu berhasil. Tapi untunglah ada agama yang Allah turunkan untuk pedoman manusia.

gambar dokpri
gambar dokpri
Pentingnya agama

Agama sungguh penting. Sebut saja agama islam. Islam mengajarkan untuk mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah. Nikmat-nikmat itu termasuk iman dan islam itu sendiri, kesehatan, harta, ilmu, keluarga, teknologi, teman, kesempatan dsb.

Manusia secara naluri ingin mempunyai segala-galanya. Tetapi mereka mesti menyadari bahwa ada  perbedaan yang Allah berikan kepada sesama manusia. Beda karakter, beda nasib, beda peruntungan, beda cobaan, beda kesempata, beda kemampuan dsb.

Untuk itu manusia perlu mengedepankan rasa syukur, zikir, fikir akhirat, sabar dan tawakal kepada Allah.

Kalau dia berusaha itu hanya syariat saja. Tetapi tidak memaksakan kehendak. Mentaati Allah mesti dijadikan landasan utama. Manusia perlu menjaga shalat kepada tuhannya, perlu membayar zakat, perlu jaga puasa, perlu haji dan umroh, perlu sedekah dll. Dalam pergaulan kita manusia perlu jujur, menepati janji, amanah jika diberi kepercayaan dan cerdas dalam bertindak. Tidak aniaya kepada diri sendiri apalagi kepada orang lain.

Kita perlu menyeimbangkan antara muamalah dan ibadah. Dalam bermuamalah kita tidak curang karena kita melakukan apa saja dwngan swmangat ibadah kepada Allah. Demikian.juga dalam beribadah. Kita perlu menjaga  ritual ya g bersifat pribadi dan berjemaah. Dakwah jangan ditingalkan karena itu juga perintah Allah. Dajwah itu adalah bagian dari tugas "amar makruf nahi mungkar".  Ini bisa mengundang keridhoan dan kecintaan Allah. 

Penuhi keinginan semampunya

Manusia ingin lebih kaya lagi, lebih berluasa kagi, lebih terkenal, keliling dunia, memiliki semuanya. Tapi pakailah pakaian "malu". Pakailah setiap saat. Lihatlah orang susah. Lihatlah si miskin. Lihatlah yatim piatu. Lihatlah orang yang kelaparan. Dengan begitu keinginan kita kepada dunia fana ini akan ada rem.

Menyantuni anak yatim dan orang miskin seccara berkala dapat membuat kita selalu berayukur dan merasa tenang serta bahagia.  Jangan takut menjadi miskin dengan selalu menafkahkan harta kita kepada mereka. Yang perlu kita ingat bahwa harta yang kita nafkahkan di jalan Allah adalah harta kita yang kita kirim dulu ke akhirat. 

 Selalu Memberi Nasehat

Memberi nasehat adalah obat hati manusia yang tak pernah puas dengan ia capai. Nasehatilah orang lain melalui tulisan, cawisan supaya mereka tidak rakus, tidak serakah, tidak tamak. Nasehat orang lain agar selalu bersyukur. Nasehat seperti itu akan duluan mencapai hati kita melalui mulut, telinga, mata kita. Allah juga akan memberi teguran kepada para pemberi nasehat yang diilhamkannya melalui "bisikan". Mengapa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan? Pemberi nasehat akan punya sifat malu. Malu ini yang sangat penting sebagai rem untuk banyak keinginan yang sering menyusahkan hidup manusia.

Wallahualam bishawab..

Jayalah kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun