Bismillah,
Baru saja kita merayakan hari ulang tahun (HUT) kemerdekaan negara kita yang ke 75. Itu berarti bahwa negara kita sudah merdeka selama 76 tahun. Banyak kemajuan yang sudah kita raih, sebagai bangsa dan negara atau sebagai individu atau keluarga. Tetapi kita ada keinginan dan ada kebutuhan atau keperluan. Tulisan ini membahas tentang upaya menjadi manusia merdeka dengan menyeimbangkan antara kringinan dan keperluan.
Manusia merdeka
Kita bersyukur karena terlahir sebagai manusia yang merdeka. Negeri kita tidak lagi dijajah oleh penjajah dari negara asing. Dulu Indoneia dijajah oleh Belanda, Inggeris, Jepang dan Portugis. Dulu nenek moyang kita tidak bebas untuk bersekolah, tidak bebas bepergian dan sebagainya.
Sejak merdeka kita bebas bersekolah, bebas bepergian. Tapi kita perlu ingat banyak keluarga kita yang tidak sempat bersekolah, bepergian dan makan saja masih susah. Mereka itu secara relatif masih belum merdeka dibandingkan dengan  kita.
Hakekat kemerdekaan
Kemerdekaan pada hakekatnya adalah kebebasan untuk mentaati Allah swt. Bahwa kehidupan kita di bumi ini bukan hanya untuk dunia fana ini saja tetapi untuk mempersiapkan diri menuju alam akhirat. Sebelum ke alam akhirat kita perlu mempersiapkan diri menuju alam kubur.
Mentaati Allah dalam semua aspek kehidupan adalah keperluan kita yang sesungguhnya. Bukan untuk memuaskan semua keinginan kita. Keinginan manusia sifatnya tak terbatas. Biasanya terkait dengan nafsu.
Manusia mempunyai dorongan nafsu untuk punya kuasa, punya harta dan punya wanita (atau pasangan). Dengan dorongan itu maka manusia rela melakukan apa saja agar keinginan itu berhasil. Tapi untunglah ada agama yang Allah turunkan untuk pedoman manusia.
Agama sungguh penting. Sebut saja agama islam. Islam mengajarkan untuk mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah. Nikmat-nikmat itu termasuk iman dan islam itu sendiri, kesehatan, harta, ilmu, keluarga, teknologi, teman, kesempatan dsb.