Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Elegi Orang Miskin di Sekitar Kita

7 Agustus 2020   05:59 Diperbarui: 7 Agustus 2020   06:12 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah,

Saya mengirim surat terbuka kepada Menteri Muhajir pada kabinet kerja pak Jokowi jilid 2 karena mau bertanya kepada beliau tentang orang miskin yang besanan akan melahirkan orang miskin baru. Baca lengkap di sini.

Kita banyak berhutang kepada orang miskin

Untuk kerja kasar di rumah, nyapu ngepel lantai, mengelap perabot rumah, mengurus taman, membersihkan wc, mencuci, menyetrika, masak, jado sopir, tukang kebun kita, ajudan pribadi, jaga kompleks perumahan kita semua kita mintakan pengerjaannya kepada orang miskin.

Pendek kata kita sangat bergantung kepada orang miskin. Maka coba kita sempatkan untuk bertanya dan kepada mereka tentang banyak hal. Anggap teman kita, anggap saudara kita.

Elegi keluarga saya

Saya dan istri sejak pulang ke tanah air dari sekolah di negara Pangeran Charles mesti dibantu boleh banyak orang. Apakah mereka itu adik-adik saya, orangtua saya atau pembantu dari tetangga luar kompleks. 

Jujur saya dan istri sejak lama termasuk orang miskin. Kenapa? Karena gaji kami suami istri jauh dari mencukupi karena banyak hutang, banyak tanggungan. Jadi kami tahu persis perjalanan jadi orang miskin.

Dari kelompok hutang, ada beli rumah, beli kendaraan, ada adik-adik yang bersekolah, ada anak-anak yang bersekolah. Jujur bahwa setiap bulan tidak ada lagi untuk belanja lebih untuk berencana dengan baik.

Setelah 20 tahun berikutnya

Setelah adik-adik selesai pendidikan dengan sejarah masing-masing, dengan jalan hidup masing-masing dan berkah dari doa orangtua dari saya dan istri saya, keadaan berubah. Keluarga kami dianugerahi infrastruktur dan suprastruktur yang makin baik.

Kehidupan keluarga ayah dan ibu juga semakin mapan. Adik-adik sudah jadi guru, atau kariri suami mereka sudah jauh lebih baik. Mereka sudah punya rumah, punya gaji semua. Alhamdulillah.

Dalam keluarga saya, anak-anak mulai kuliah di PTN di kota kami. Yang pertama di kedokteran gigi, yang kedua di Ilmu komputer. Datang lagi yang ketiga menghadap saya mau sekolah. Dia bilang mau ikut program kuliah yang diurus oleh suatu yayasan di negeri Mahathir Muhammad. Saya bilang ok, yang penting kamu benar-benar kuliah.

Saya daftar jadi TKI

Tak lama setelah anak ketiga mau kuliah di negeri jiran, saya menghadap dan berdiskusi dengan pemilik langit dan bumi. Saya curhat kwpada Allah Yang Maha Esa. Ya rabb, saya bersyukur diberi amanah berupa anak-anak yang ingin bersekolah. Walau saya berbohong putih kepada mereka bahwa ada biaya untuk si sulung, ada untuk adiknya dan ada juga untuk adiknya yang mau kuliah di LN. Ya rabb, saya hanya punya Engkau. Semua serahkan pada Mu.

Jujur sejak saya memindahkan keluarga ayah saya ke kota sejak akhir 1980an, saya hanya selalu mengandalkan dua tetes air mata sewaktu tahajud. Puncaknya saya ikut jemaah tabligh yakni huruj fisabilillah pada Maret 2001. Saya ingin menumpahkan air mata kepada Allah selam 40 hari dari mesjid ke mesjid mulai dari Riau, Dumai, nyeberang ke Melaka, terus ke Sri Petaling, terus ke Ya'la Thailand.

2003-2004 Pergi Haji

Sepulang dari Malaysia dan Thailand pada tahun 2001 itu saya mendapat "penyakit" yakni ingin pwrgi haji. Karena selama di Thailand saya menyaksikan betapa orang thailand sangat dimuliakan di tengah penduduk thailand yang mayoritas beragama budha. Di sana orang islam jadi bos. Pekerjanya penduduk non-muslim.

Sewaktu akan berangkat saya mengajak anak dan istri pamit kepada orngtua di Bengkulu. Saya minta direlakan untuk mendahului mereka pergi haji. Dengan ikhlas mereka mengijinkan. Mereka menjaga anak-anak yang ditinggalkan. Alhamdulillah, tahun berikutnya ayah dan ibu dikirim Allah untuk umroh ramadhan. Senang sekali ayah dan ibu bisa umroh bersama teman-teman saya dan tinggal di hotel mewah.

Elegi orang miskin

Ketika pak menteri menyebut orang miskin yang besanan akan menghasilkan orang miskin baru maka saya terkejut bukan kepalang. Kenapa? Karena keluarga ayah saya, keluarga saya, keluarga mertua  saya ternasuk  kategori miskin. Tetapi, baik mertua dan orangtua saya tidak pernah melihat dari kacamata miskin atau kaya untuk dinikahkan. Yang penting calon mantu  sekolah, ada pekerjaan tetap, taat beragama itu sudah cukup.  

Orang miskin di sekitar kita mestinya kita bantu, kita sayangi. Karena terbanyak pwnduduk surga iru adalah dari golongan miskin. Terbanyak oahala sebagai umat nabi Muhammad saw menyantuni  anak yatim dan orang miskin.   Nabi kita adalah orang yang berpihak kepada mereka yang yatim, miskin dan para penyantun anak yatim dan orang miskin.

Sempatkan mendengar  dan menyaksikan kehidupan orang miskin. Maka kita akan semakin bersyukur. Orang yang selalu bersyukur adalah orang yang paling kaya di dunia.  Ada yang gak punya rumah, ada yang ada rumah tapi tanahnya menyewa, ada yang rumah hampir roboh dll. Ada yang makan saja susah.

Saya sering mengingatkan kepada banyak orang bahwa untuk menjadi paling kaya di dunia ini adakah dengan menjaga shalat sunat fajar dua rekaat. Mengapa? Karena orang yang menjaga shalat sunat dua rekaat sebelum subuh akan dianugerahi kekayaan lebih baik dari dunia ini beserta isinya. Wallahualam bishawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun