Bismillah,
Alhamdulillah adalah doa yang terbaik. Karena dengan baca kata itu kita sedang mengundang kebaikan dari Allah. Selawat kepada nabi adalah amalan Allah. Allah selalu berselawat kepada nabi Muhammad. Semoga selamatlah kita semua.Â
Tulisan ini mencoba menguraikan sejarah masa lalu saya. Saya mau dengar juga masa lalu kalian. Kali ini tentang berlibur di kebun kopi bersama kakek san nenek.
Sawah vs Kebun
Sebagai anak petani maka tempat saya membesar adalah sawah dan kebun.  Ketika lihat sawah ingat masa kecilku sudah diiulis  di sini. Tapi ayah saya rajin membelikan radio untuk saya dan kakek. Kakek saya bernama Merinsan, sementara nenek bernama Muntianan. Pada waktu saya mulai mengerti pentingnya radio saya membeli radio yang bandel. Pada waktu itu phillips adalah radio andalan saya.Â
Untuk stasiun radio yang jadi favorit saya adalah RRI Jakarta pada siang hari, RRI Palemban pagi hari dan RTM Malaysia atau Radio Singapore jika pagi sudah menjelang siang. Â Sekali sekali ada BBC London.
Bersekolah di Manna
Setelah tamat MIM Lubuk Langkap yang kala itu juga bernama tanjung baru saya dihantar ayah ke SMP Manna Bengkulu Selatan. Setelah itu saya masuk SMAN 1 Bengkulu Selatan di Jalan Duayu Manna Selama di sekolah ini saya banyak dibimbing, diajar dan dididik oleh guru-guru dari daerah lain antara lain dari Jawa, Kerinci, Sumbar dan dari Medan.
Selama di SMPN 1 Bengkulu Selatan saya merasa terbangun kemampuan untuk berbahasa, berpengetahuan umum, berpengetahuan ilmu, agama, pendidikan kewarganegaraan, pasti alam dan sebagainya. Belum terfikir besok dewasa mau jadi apa atau sekolah di mana. Sedangkan sewaktu SMAN 1 Bengkulu Selatan saya mulai punya mimpi.Â
Sewaktu di SMA saya banyak membaca tentang senangnya menjadi orang pandai yang bertugas di desa. Menurut pemikiran saya yang namanya orang pandai itu ada menamatkan sarjana, kalau sekarang S1. Dalam buku "Daun-daun menghijau" ada seorang tamatan Universitas ternama di pulau Jawa. Betapa ybs dikagumi oleh gadis desa anak pak kepala desa.Â
Libur ke kebun
Keluarga kami beruntung karena ada kakek dan nenek yang rela berkorban untuk keluarga kami. Alasan pertama, karena ibu saya adalah anak paling kecil. Karena itu kakek nenek pilih ayah dan ibu untuk tempat menua. Namun karena masih gagah maka mereka minta kepada ayah dan ibu agar dibuatkan kebun dan menetap di sana. Dengan catatan setiap minggu mereka minta diantar pangan berupa garam dan beras. Yang lain mereka akan cari sendiri.
Dalam perjalanan kakek nenek karena dibuatkam ayah pondok yang relatif besar dan kokoh, maklum ayah adalah tukang kayu. Pondok nenek menjadi tempat banyak mampir para pemburu rusa. Biasanya paman dan tentara yang datang. Sangat sering kakek pulang dari kebun membawa daging rusa untuk kami di desa.
Tak Pernah Libur di Tempat Keluarga
Saya merasakan ada yang kurang dalam hidup saya ketika tak ada waktu untuk menjalin silaturrahim dengan keluarga ayah atau keluarga ayah. Minimal fikir saya kala itu kita perlu menjalin silaturrahim dengan keluarga kajek atau keluarga nenek. Tetapi begitulah kenyataannya. Hidup saya hanya sekolah, ke sawah dan ke kebun. Tapi tetap saya syukuri apa jua kondisi saya. Yang patut saya syukuri ada saya hidup penuh rasa tanggung jawab antara lain ada keinginan untuk memperbaiki kehidupan keluarga saya.
Ada keinginan yang kuat untuk mengajak keluarga ayah ke kota. Fikiran saya kala itu adalah agar ayah dan ibu saya hidup tak jauh dengan saya ketika saya berkeinginan bekerja di kota. Alhamdulillah ayah dan ibuku beserta adik-adikku termasuk kakekku mau mendengarkan saranku untuk pindah ke kota. Salah satu penyebab atau pemicunya adalah keberadaan calon istri saya masih kuliah di kota. Dengan begitu saya semakin mantap untuk mengajak mereka ke kota.Â
Pulang sekolah atau sewaktu kuliah ke dasa lalu ke kebun lalu ke kota lagi memperkuat keinginan untuk menetap di kota. Keberadaan saya sekitar lima tahun sudah cukup untuk terjadinya format ulang dari "village-minded" Â menhadi "city-minded." Begitulah potongan jalan hidupku. Mana jalan hidupmu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H