Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manna Kota Kenangan

24 Februari 2020   03:37 Diperbarui: 28 Januari 2021   07:50 2000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pedomanbengkulu . dokpri

Bismillah,

Ketika kita mendengar kota Manna Bengkulu Selatan maka jangan heran mengapa ada kata lain yang mengikutinya. Apa itu? Manna kota kenangan. Kenangan apa saja? Apa dulu kita punya mete, hehe, istilah lain dari kata pacar? Apa ayah kalian pernah tugas di sana? Atau banyak lagi pertanyaan yang bisa kita tanyakan. Di youtube ada lagu "Manna kita kenangan". Tinggal ketika saja. Lagunya dibalik bukit barisan, di sana di pantai selatan, itulah Manna yang indah, Manna kota kenangan.


Ini link lagunya.. https://youtu.be/eEx4HCQdFUg

Bagi saya, bagi keluaga saya, teman-teman, atau siapa saja dari pembaca yang pernah dilahirkan, berasal dari sana, membesar di sana atau menua di sana, Manna memang kota kenangan. 

Bagi saya yang hanya 6 tahun di kota itu saya memang punya banyak kenangan. Kota ini terlalu sulit dilupakan. Ada keluarga besar pak Murni Hawab di sini, ada guru-guru SMPN 1, ada guru-guru SMAN 1, ada kawan-kawan SMPN 1, ada kawan-kawan SMAN 1. Ada banyak keluarga datuk Hamzah Sebilo, keluarga dari Lubuk Langkap Air Nipis dan gala-gala hehe. Ada paman Abdul Jalil dan Abdul Roni asal air nipis yang hijrah dari Manna ke Bengkulu dan ke Bandung.

Teman alumni SMPN 1 dan SMAN 1 masih terhubung sejak lama sebut saja Yose Rizal, alias yung kek, Martiningsih alias tien alias kian, Hans Firman, Meli, Yurni di Palembang, Heriyadi Manna, Marsan di Bandar Lampung, Junaidi, Refni, Len Cekyan, Yulinus, Yanuar, Septi Mukhtar, Tati Wamal di Bengkulu, Lisdin di Manado.

Saya juga sempat menemui guru saya ibu Rohani Murni di Lorong atau siwak Harapan Jalan Pasar Lama Manna. Sebelum beliau meninggal saya pernah berjumpa  guru aljabar, ilmu ukur dan ilmu pasti saya di SMAN 1 BS  yakni Drs. NGATIJO di Ketapang Manna.

Terlalu banyak kenangan

Di kota Manna ini saya ingat narik perahu dengan Refni di pasar bawah. Menarik perahu kala masih belajar di SMAN 1 Manna memang punya kenangan yang indah. Setelah menolak perahu secara bersama-sama dengan sejumlah orang kami dikasih ikan oleh yang punya perahu. Pulang bawa ikan, dimasak dan dimakan bersama dengan kawan-kawan di rumah nenek Zubaidah zaman itu. Enak sekali makan gulai ikan selengek masak asam oleh Bunda Upik kami di kala itu.

Sewaktu SMA, kami setiap tahun ada eksibisi di kota Manna. Tepatnya di tugu merdeka sebelah lapangan merdeka kota itu. Waktu itu kita bangga menjadi utusan sekolah untuk memamerkan alat-alat laboratorium Fisika-kimia-biologi. Saya kebagian menunggu stand. Banyak lagu koes plus yang didengarkan kala itu salah satunya lagu "Melati dari jaya giri". Lagu lain adalah milik.bimbi "tuhan", "Flamboyan" milik Koss plus dan banyak lagi.


Saya sewaktu kecil dan tinggal di rumah nek Zubaidah sering diajak bermotor oleh alm guru saya yakni pamanda Murni Hawab. Motornya honda merah. Dia mengendarai motor pelan tapi menyenangkan. Selama dalam perjalanan kami ngobrol tentang banyak hal. Beliau sudah meninggal sewaktu saya masih relatif muda lagi. Alfatiha untuk pamanda Murni Hawab.

Ketika ada kesempatan mengajar kursus AmDal dan diundang menjadi dosen tamu di Universitas Bengkulu saya menyempatkan diri mengunjungi keluarga dan guruku Rohani Murni di Siwak Harapan. Saya juga masih sering kirim.WA kepada guru ilmu ukur sewaktu di SMP itu.

Kepada teman-teman SMP dan SMA ayo kita biatkan untuk "copy darat" di mana gitu. Kalau tidak kita copy darat di surga saja hehe. Bulan lalu kami ketemu bertiga dengan Yurni, Tien di salah satu hotel di Palembang. Beberapa tahun lalu saya dan istri bertemu Alex Agustin dan istri di RM bukit pasir Bengkulu. Yang belum ini mau ketemu dang Refni, wa Septi, Yalinus, Ii, Marsan dan Len. Sempat ketemu dengan Neidi di Bengkulu dua tahun lalu. Di Palembang juga sempat bertemu.

Agak lama saya dan istri, genma @Nurhayati Damiri,  bertemu dengan wa Tati Wamal dan Suami di Bengkulu.  Belum lama saya bertemu pamanda Jalim Hamzah di Seginim Manna dan anak-anaknya, keluarga ayahnda Rahim dan anak-anaknya, keluarga datuk Hamzah dan keturuannya di pesta keponakan di gedung Diknas Bengkulu. 

Demikian sekilas tentang Manna kota kenangan. Semoga pembaca sekalian menyenpatkan diri pergi dab berlibur di kota ini. Kota ini 135 km  sebelah tenggara kota bengkulu, jika titik startnya adalah airport Fatmawati. 

Wassalamu alaikum ww

Alfakir,

Supli Rahim

Di tepian Musi Palembang, Sumsel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun