Saya sewaktu kecil dan tinggal di rumah nek Zubaidah sering diajak bermotor oleh alm guru saya yakni pamanda Murni Hawab. Motornya honda merah. Dia mengendarai motor pelan tapi menyenangkan. Selama dalam perjalanan kami ngobrol tentang banyak hal. Beliau sudah meninggal sewaktu saya masih relatif muda lagi. Alfatiha untuk pamanda Murni Hawab.
Ketika ada kesempatan mengajar kursus AmDal dan diundang menjadi dosen tamu di Universitas Bengkulu saya menyempatkan diri mengunjungi keluarga dan guruku Rohani Murni di Siwak Harapan. Saya juga masih sering kirim.WA kepada guru ilmu ukur sewaktu di SMP itu.
Kepada teman-teman SMP dan SMA ayo kita biatkan untuk "copy darat" di mana gitu. Kalau tidak kita copy darat di surga saja hehe. Bulan lalu kami ketemu bertiga dengan Yurni, Tien di salah satu hotel di Palembang. Beberapa tahun lalu saya dan istri bertemu Alex Agustin dan istri di RM bukit pasir Bengkulu. Yang belum ini mau ketemu dang Refni, wa Septi, Yalinus, Ii, Marsan dan Len. Sempat ketemu dengan Neidi di Bengkulu dua tahun lalu. Di Palembang juga sempat bertemu.
Agak lama saya dan istri, genma @Nurhayati Damiri, bertemu dengan wa Tati Wamal dan Suami di Bengkulu.  Belum lama saya bertemu pamanda Jalim Hamzah di Seginim Manna dan anak-anaknya, keluarga ayahnda Rahim dan anak-anaknya, keluarga datuk Hamzah dan keturuannya di pesta keponakan di gedung Diknas Bengkulu.Â
Demikian sekilas tentang Manna kota kenangan. Semoga pembaca sekalian menyenpatkan diri pergi dab berlibur di kota ini. Kota ini 135 km  sebelah tenggara kota bengkulu, jika titik startnya adalah airport Fatmawati.Â
Wassalamu alaikum ww
Alfakir,
Supli Rahim
Di tepian Musi Palembang, Sumsel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H