Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Beras Busuk, Tamparan untuk Kita Semua

3 Desember 2019   07:27 Diperbarui: 3 Desember 2019   07:59 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Data dari: Badan pusat statistik dan Kementan

Kedua, masyarakat kita awalnya mempunyai makanan non-beras yang jauh kaya gizi dibanding beras, tetapi kita rusak imej dan perilaku mereka dengan memberi mereka beras yang terkadang kualitasnya sudah buruk dan kadar gizinya sangat rendah.

Ketiga, kita perlu mengedukasi kembali bahwa sukun, ubi kayu, gadung, sagu dan sebagainya merupakan pangan yang jauh lebih sehat dari beras impor yang ditumpuk dalam waktu yang lama dalam gudang Bulog. 

Keempat, busuknya beras puluhan ribu ton itu merupakan jawaban terhadap banyak pertanyaan antara lain apakah kita harus selalu impor beras? Apakah kualitas beras impor baik-baik saja? Apakah sudah baik pengelolaan impor beras oleh instansi yang berwenang untuk itu? 

Sungguh membusuknya beras dalam jumlah puluhan ribu ton di gudang Bulog itu merupakan tamparan keras untuk kementerian perdagangan, kementerian pertanian dan tentu saja kepala negara. Tamparan seperti ini semoga tidak terjadi lagi. 

Bahwa selama ini telah terjadi tamparan kepada petani akibat impor berupa anjloknya harga beras di tingkat petani sudah cukup meluluhlantakkan kesejahteraan mereka. 

Lupakah kita jumlah petani padi dan keluarganya ada sekitar 20an juta jiwa di seluruh tanah air. Jadikan kejadian membusuknya beras puluhan ribu ton itu sebagai teguran agar dalam mengelola negara tidak perlu pakai hati yang membusuk. Pakailah hati yang baik, supaya negara kita akan menjadi baik-baik saja.

Wallahu alam bishawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun