Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... profesional -

Sejak 2007 terus menerus mengembangkan sistem pendidikan dan pengajaran menggunakan ICT terpadu (weblog), rumah panen hujan serta model pengelolaan limbah domestik dengan teknologi rawa buatan. Saat ini anggota partai mengajak ke syurganya Allah, pensyarah dan peneliti; Ketua Lembaga Penelitian Universitas Palembang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apa ya yang Diimpikan Pendahulu Negara Kita?

17 Maret 2010   00:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:23 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bismillah,

Seandainya aku diberi kesempatan oleh Allah untuk menemui dan berjumpa dengan para pendiri negaraku yang kubanggakan ini maka banyak hal yang akan aku perbincangkan dengan mereka. Tapi sudahlah itu cuman mimpi atau andaian sajalah. Terlepas dari kenyataan bahwa pendirian negara ini dilakukan secara tergesa-gesa namun tidak salah jika kita mencoba untuk membaca untuk membaca secara implisit dan eksplisit apa2 saya yang dimimpikan oleh pendahulu republik tercinta ini. Dalam pada itu saya juga mengharapkan pendapat teman2 tentang sejumlah mimpi atau harapan para "the founders" republik ini.

Mukadimah dan Lagu kebangsaan

Pada suatu hari di penghujung 1990an atau awal 2000 an saya diberi kesempatan untuk membaca pembukaan UUD 1945.

Kebetulan waktu, alhamdulillah, saya hafal tanpa teks.

Masih terngiang didalam fikiran dan telinga saya bahwa pendahulu republik ini inginkan untuk mengisi kemerdekaan yang merupakan rahmat Tuhan Yang Kuasa itu dengan tujuan-tujuan yang besar.

Di antara tujuan-tujuan yang besar itu antara lain:

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tanah tumpah darah Indonesia
2. Memajukan kesejahteraan Umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Ikut memelihara keamanan dan ketertiban dunia

Suatu hal yang menarik bahwa mulai dari pendirian republik ini sampai sekarang bahwa warga bangsa dan para pemimpin bangsa ini belum mempunyai kesempatan untuk melaksanakan secara murni dan konsekuen ajaran yang tersirat dan tersurat dalam mukadimah UUD 1945.

Saya juga heran mengapa ya? Apa karena lupa, atau salah dalam proses.

Atau mungkin kesejahteraan itu ukurannya telah bergeser?

Pelajaran dari Lagu kebangsaan

Bagaimana jika kita lihat lirik lagu kebangsaan..

INDONESIA RAYA

Indonesia tanah airku tanah tumpah darahku
di sanalah aku berdiri jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru Indonesia bersatu

Reff

Hiduplah tanahku hiduplah negeriku
Bangsaku rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya bangunlah badannya
untuk Indonesia raya

Indonesia raya merdeka merdeka
Tanahku negeriku yang kuncinta
Indonesia raya merdeka merdeka
Hiduplah Indonesia raya

Kalau kita lihat dari lagu ini maka paling sedikit ada sejumlah kekeliruan kita:

1. Dalam pembangunan negara kita mengutamakan pembangunan badan dibandingkan jiwa.
2. Kita mengartikan Indonesia itu milikku.. padahal milik kita.

Sebagai konsekuensi dari kesalahan menterjemahkan lirik lagu itu dalam kehidupan sehari-hari maka sangat banyak sekali kita (termasuk saya) yang salah dalam penerapan nilai-nilai kebangsaan dan nilai-nilai kepahlawahan dalam kehidupan sehari-hari.

Seandainya saja proses pembangunan negara dan bangsa ini dapat menggunakan nilai-nilai yang telah dirintis oleh pendiri negara ini maka ada sejumlah nilai-nilai luhur yang perlu ditimbulkan dan digalakkan kembali untuk semua warga bangsa ini antara lain.

1. Budaya malu. malu dengan Tuhan, malu kalau salah melulu.

2. Budaya takut dilantik sebagai penyebab murka tuhan. Kalau sudah dilantik sebagai penyebab turunnya murka tuhan. maka dosa2 berlipat-lipat.

3. Budaya selalu siap-siap masuk kubur. Kalau masuk kubur maka semua yang kita miliki baik halal maupun haram ditinggal semua kan?

Nah, teman-teman itu aja tulisan saya pagi ini... minta urun rembug dari teman2 semua... terima kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun