Bismillah,
Elegi Hilangnya Kegiatan "Berayak" Ala Muda Mudi ini dinukilkan oleh Ruhiman Saan. Ruhim saat ini bermukim di Yogyakarta. Ruhim sejak lama meninggakkan tanah kelahirannya Lubuk Langkap.
----------------------------------
Berayak, kata yang tak asing di telinga masyarakat Kabupaten Bengkulu Selatan. Kata ini memiliki berbagai makna dan pengertiannya.
Seseorang yang bertamu ke rumah saudaranya yang berlainan desa--menginap atau pun sesaat--bisa disebut berayak. Seorang teman berlainan desa yang bertamu sebentar juga disebut berayak.
Namun di kalangan muda mudi tahun 1995 kebawah, berayak berbeda maknanya. Berayak justru adalah ajang pencarian jodoh.
Saat ini pengertian berayak lebih dekat pada istilah ngapel malam Minggu perjaka pada gadis. Sayangnya, berayak yang merupakan kegiatan di kalangan muda mudi itu, kini hanya kenangan tergerus kemajuan zaman.
Penulis yang merupakan kelahiran Dusun Lubuk Langkap, Desa Sukamaju, Air Nipis, Bengkulu Selatan 1991 silam, sedikit banyak memahami dan mengalami proses berayak kalangan muda mudi ini.Â
Sebab berayak sudah dikenalkan pada muda mudi usia remaja (setingkat SMP). Sedangkan penulis sendiri sebelum merantau--penulis kini di Yogyakarta--tinggal di kampung halaman hingga menamatkan SMP.
Berayak, era penulis masih remaja merupakan sesuatu yang indah penuh eufora. Padahal penulis sebenarnya hanya mengenal berayak sebagai bersenang-senang belaka, bukanlah mencari jodoh. Berayak biasanya tidak hanya Sabtu malam, tapi lazim dilakukan Selasa malam dan Kamis malam.
Berayak menghadirkan keceriaan, meluaskan pergaulan, mendekatkan silaturahmi, dan bagi yang beruntung akan berjodoh menjadi suami istri.