Mohon tunggu...
Supli EffendiRahim
Supli EffendiRahim Mohon Tunggu... Penulis - pemerhati lingkungan dan kesehatan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang biasa yang ingin jadi orang baik di mata Allah

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kesehatan Masyarakat, Lingkungan, dan Jamu part 2

1 September 2021   03:42 Diperbarui: 1 September 2021   04:30 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah,

Pada bagian sebelumnya penulis menguraikan tentang kesehatan masyarakat sangat terkait dengan pelayanan kesehatan. Paling tidak pendekatan kuratif memegang peranan sebanyak 80 persen dan pendekatan preventif 20 persen. Jamu berperan dalam keduanya meskipun lebih besar sebagai pendekatan preventif.

Jamu dan Kesehatan global

Saya kemana saja pergi selalu melihat penjual jamu dan produk Indonesia lainnya. Di thaland pada tahun 2017, 2018 dan 2019 saya membawa nahasiswa PPSKM STIK Bina Husada untuk mengikuti program "sit in study" di dua Universitas di Bangkok. Pertama, di RajaManggala University dan kedua di University of Mahidol. 

Di Raja Manggala itu dilakukan sebagai tindak lanjut MOU antara ADRI dengan RMUK. ADRI menaungi sejumlah Univeraitas di tanah air. Saya kala itu adalah ketua DPD ADRI Sumsel. Di sini mahasiswa saya ikut kuliah program sit in Metodologi Penelitian. Saya pun ikut.

Pada tahun berikutnya saya membawa rombongan yang lebih besar ke Univ Mahidol untuk kuliah Global health. Saya pun ikut dan memperoleh sertifikat. 

Di pasar Bangkok Thailand saya menemui penjual jamu bermacam merek asal.Indonesia utamanya Sido Muncul, Nyonya Meneer dan Air Mancur. Yang menarik setelah saya tanya jenis jamu yang dijual sama dengan di tanah air yakni jenis jamu seduh, saset dan kapsul. 

Ketika ditanya penjual jamu apakah omset penjualan jamu di sini besar? Dia menjawab besar sekali katanya. Apa alasannya? Dia menjelaskan bahwa Thailand ini adalah wisata sex terbesar di dunia. 35 juta wisatawan asing datang ke Thailand untuk menikmati wisata kulinerbdan sex.

Betapa terkejutnya saya. Itulah sebabnya kata penjual jamu itu mengapa omset penjualan jamu di sana  tinggi sekali. Para turis sudah tahu sekali khasiat jamu sebagai obat kuat dan obat masuk angin serta mempertahankan.stamina.

Dalam kelas profesor menjelaskan masih tingginya penyakit menular seksual (PMS) yang dialami oleh para wisatawan. Mereka menyatakan bahwa penyebabnya itu karena para turis tidak disiplin dalam menggunakan kontrasepsi. Tidak ada peran agama di situ. Karena menurut mereka agama itu tidak ada kaitan dengan kesehatan.

Pelayanan kesehatan sebagai wisata kebugaran

Ketika Menteri Kesehatan RI kala itu dr Terawan pada tahun yang sama menekankan perlunya peningkatan wisata kebugaran alias wisata kesehatan yang melibatkan jamu dan massage maka saya merasa sedih. Kenapa? Karena lingkungan di Thailand memang sudah terbentuk sebagai lingkungan yang permisif menyelenggarakan wisata kebugaran itu. 

Rumah-rumah penduduk dijadikan home stay yang sudah memperoleh legalitas formal dari pemerintah untuk menerima turis dan memberikan pelayanan apa saja yang doperlukan turis. Wisata kebugaran itu ada di rumah-rumah. Penyediaan jamu dan kondom ada di setiap "home stay". 

Pelayanan "massage" dicontohkan kepada kami para peserta kursus global health pada RS pendidikan milik Univ Mahidol. Betapa di sana ada zal-zal perawatan melalui massage ala China, Eropa, Asia dll. 

Tinggal terserah kepada pasien mau memilih treatment. Bahkan kampus Universitas membuka pelayanan untuk umum di dalam kampus berupa pelayanan massage modern maupun tradisional. Pelayanan massage ini merupakan hasil pokok universitas. Di dalam.kampus juga ada penjualan konstrasepsi. Hal yang sama saya lihat di kampus kampus Inggeris abad yang lalu.

Bertemu keponakan

Waktu ke Universitas saya bertemu keponan yang sedang ambil program master kesehatan di Faculty Public Health Universitas Mahidol Bangkok. Banyak pembicaraan kami seputar permasalahan kesehatan dan wisata kebugaran di Thailand. Taufik eko susilo kini jadi dosenndi pulau Jawa, tepatnya di Solo. Taufik adalah anak add kunvi dan M.Tohir. Mereka ini tinggal di Bengkulu.

Marak di tanah air

Belakangan di Indonesia marak pusat pelayanan massage secara tradisional di kota besar dan kota kecil bahkan ke desa-desa. Jika saya hubungkan dengan apa yang terjadi di Thailand itu dengan maraknya pusat kebugaran di seluruh tanah air yang bersamaan dengan arah tuju Kemeskes RI kala itu maka wisuta kebugaran itu sudah "sukses" dijalankan. 

Apakah wisata kebugaran itu sama dengan yang ada di Thailand saya belum dapat gambaran yang pasti. Tapi logikanya sama saja. Yang membedakan hanyalah kepemilikan pusat massage. 

Di thailand owner adalah pemilik rumah-rumah home stay. Di Indonesia setelah saya selidiki adalah penyewa. Penyewa graha sehat yang ada di tanah air kebanyakan para penyewa dari pulau Jawa. 

Jamu dan pusat massage tradisional

Pada suatu kesempatan saya berkenalan dengan tukang kayu yang juga penjual jamu. Saya tanya padanya kenapa dia lebih menyukai menjual jamu daripada bertukang. Pria asal Kebumen Jateng ini mengatakan bahwa jual jamu tidak capek dannduitnya banyak. Jadi tukang banyak duitnya juga tetapi capek. Ketika jadi tukang saya jadi kafir katanya. Maksudnya apa mas saya tanya. Maksudnya jika saya bertukang saya gak solat. kalau saya jualan jamu saya solat. 

Umroh dan mudik 

Bagi penjual jamu yang saya temui mereka memang betah jual jamu karena ada hadiah umroh dan THR setiap tahun. Ditambah lagi saya sehat dan menyehatkan orang katanya. Kami banyak saudara penjual jamu di kota ini pak katanya. 

Ketika ditanya berapa besar shmbangan jamu kepada perekonomian wilayah, penjual jamu itu meyakini bahwa penjualan jamu ini besar sekali sumbangannya katanya. Jika jamu terjual laris maka penjual makanan juga laris pak.katanya. Jika ada penjual jamu maka ojek taksi jalan pak katanya. 

Belum.lagi pusat massage jalan. Pemprov di bawah gubernur Syahrial pernah membuat kerjasama dengan pabrik Jamu. Akibatnya pengusaha bis tumbuh subur karena seriap tahun mengangkut penjual jamu mudik pada saat hari raya dan hari besar lainnya.

Demikian keterkaitan antara kesehatan, lingkungan dan jamu.

Jayalah kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun