Bismillah,
Saya sudah lama tidak bertemu teman saya Syarif Hasan. Beliau adalah teman waktu kuliah. Kami tinggal pada bedeng yang sama di Padang Selasa Palembang Sumatera Selatan.Â
Setelah tamat kuliah kami berpisah. Syarif bekerja entah di.mana, saya pun begitu. Akhirnya saya tahu bahea syarif bekerja di kabupaten Ogan Komering Ulu, sementara saya di Palembang sebagai dosen.
Ketemu di Baturaja
Kami ketemu beberpa kali pada kesempatan fi aembang. Tetapi tidak pernah saling mengunjungi rumah. Tahun lalu Syarif dan istrinya mengunjungi rumah saya  di Bukit Sejahtera Bukit Lama Palembang. Ketika itu ada istri saya. Kami ngobrol beberapa waktu.
Istri syarif adalah guru. Sementara itu istri saya juga guru. Syarif sudah pensiun dari PNS. Sementara saya masih mengabdi jadi dosen di sebuah Universitas di Palembang.
Cerita masa lalu
Kalau ketemu, syarif dan saya sering bercerita tentang masa lalu kami yang sama-sama anak bedeng. Beliau ada di bedeng pak Ismail kala itu pada nomor 3 sementara saya pada bedeng no 1. Itupun jika pemberian nomor dari pinggir kanan. Tapi jika pemberian nomor dari sebelah kiri maka Syarif ada pada nomor 2 dan saya pada nomor 4.Â
Waktu itu saya sering ikut ke desa Syarif di Lahat. Ketemu ayah dan ibu serta keluarganya di sana. Saya pernah diajak beliau pulang ke desa untuk membeli motor honda yang rusak untuk diperbaiki. Â Setelah dibawa ke Palembang motor tersebut diperbaiki dan dapat digunakan kembali.
Kami tertawa bersama jika ingat masa itu. Itu bukti kepolosan kami berteman dan bertetangga. Bedanya Syarif punya motor yang lebih baru dari saya. Syarif juga anak pegawau negeri sementara saya adalah anak seorang petani.
Pisangnya berbuah 2 kali
Setelah ngobrol cukup lama, Syarif mengajak saya ke belakang rumahnya yang besar di asri di areal yang tidak jauh dari hotel tempat saya menginap. Saya dan istri menginap di the Zuri hotel. Rupanya hotel bisa dilihat dari rumah Syarif.Â
Pisang yang ditunjukkan kepada saya itu ternyata berbuah kedua kali. Pertama sudah ditebang. Lalu sekarang berbuah lagi. Saya memgagumi fenomena ini. Ini bukti bahwa Allah maha kuasa bebas untuk melakukan apa saja yang diluar nalar manusia.
Yang biasa itu adalah pisang berbuah 1 kali. Tapi kali ini berbuah 2 kali. Dalam pertemuan kali ini saya tersentak bahwa kami yang sudah beradadiujung waktu dipertemukan kembali oleh Allah setelah hampir 40 tahun terpisah. Itu jauh lebih penting dari fenomema pisang berbuah 2 kali. Syarif dan saya sekarang sudah jadi kakek dari cucu-cucu kami. Semoga bisa bertemu kembali.
Jayalah kita semua.
u.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H