Bismillah,
Ramadhan ini saya mencoba mendekati Allah dengan berbagai cara yang saya mampu dan senang mengerjakannya. Salah satunya adalah dengan solat malam di masjid dekat rumah kami, di komplek perumahan kami, di kota Palembang. Membaca alquran dalam shalat sungguh punya pengalaman rohani tersendiri.Â
Membaca alquran dalam shalat
Membaca alquran dalam shalat jika dilakukan dengan tartil memang enak, khusuk, dan punya sentuhan kepada hati. Beberapa ayat memang sudah difahami artinya sehingga pesan Zat pembuat jagad raya ini sering hadir kepada hati kita ketika kita membacanya dengan hati. Membaca alquran  dengan hati dilakukan dengan tanpa menggunakan tenaga kita tetapi dengan kekuatan yang Allah anugerahkan kepada kita. Jangan merasa kita ada kekuatan, jangan merasa kita punya apa-apa. Rasakan bahwa kala membaca alqurqn itu bacaan kita terakhir.
Pada waktu ada ayat tentang siksaan untuk orang yang ingkar maka hati menjadi takut, sedih dan galau. Jangan-jangan yang sedang membaca ini adalah salah satu orang yang akan disiksa sesuai yang dinukilkan oleh ayat-ayat alquran tersebut.
Dalam situasi lain ada ayat alquran yang menjanjikan balasan yang super dahsyat yakni surat yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, surga yang penuh kenikmatan.Â
Betapa indahnya, senangnya dan beruntungnya oramg yang masuk surga.Tetapi pada saat itu kita malu karena jangan-jangan timbangan pahala kita masih jauh di bawah timbangan dosa-dosa kita.
Hanya sebagai manusia yang lemah dilakukan juga bisik-bisik pada Allah agar Dia tidak memasukkan hamba ke neraka dan dijauhkan dari murka dan azab Allah swt. Itulah sebabnya kita perlu mengagungkan Allah ketika tanda-tanda kebesaran sedang kita baca.
Sindiran Allah
Penulis merasa tidak pede apakah kita akan termasuk dalam kategori yang tercantum dalam banyak ayat tentang balasan Allah untuk orang beriman  dan  beramal soleh. Ayat terakhir suratAn-nahl jelas memberi tahu bahwa Allah akan bersama dengan orang-orang yang bertaqwa dan orang yang yang berbuat  kebaikan. Kenapa tidak pede? Karena penulis malu. Penulis jauh dari kata taqwa tetapi yang tepat adalah kadang-kadang taqwa. Penulis juga tidak termasuk orang-orang yang berbuat baik tetapi yang pas adalah orang yang kadang berbuat baik.
Membandingkan dengan contoh