Meskipun memiliki banyak peluang, terdapat beberapa tantangan dalam pengembangan pertanian presisi di Indonesia, di antaranya:
1. Â Â Keterbatasan Akses Teknologi: Masih banyak petani di Indonesia yang tidak memiliki akses atau tidak mampu membeli teknologi pertanian presisi, terutama di wilayah pedesaan yang terisolasi.
 2.  Keterbatasan Infrastruktur: Infrastruktur pendukung seperti jaringan internet, listrik, dan transportasi masih belum tersedia secara merata di seluruh wilayah Indonesia, sehingga menyulitkan pengembangan teknologi pertanian presisi.
 3.  Keterbatasan Sumber Daya Manusia: Sumber daya manusia yang ahli dan terlatih dalam teknologi pertanian presisi masih terbatas di Indonesia.
 4.  Perbedaan Kondisi Lahan dan Tanaman: Kondisi lahan dan tanaman yang berbeda-beda di setiap wilayah Indonesia dapat menyulitkan penerapan teknologi pertanian presisi yang seragam.
 5.  Mahalnya Biaya Investasi: Biaya investasi dalam teknologi pertanian presisi masih tergolong mahal, sehingga tidak semua petani dapat mengakses dan mengadopsinya.
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah Indonesia perlu melakukan upaya untuk meningkatkan akses teknologi dan infrastruktur, serta memberikan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia dalam teknologi pertanian presisi. Selain itu, perlu adanya dukungan kebijakan dan investasi yang memungkinkan petani kecil dan menengah untuk mengadopsi teknologi ini. Dengan upaya yang tepat, pengembangan pertanian presisi di Indonesia dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi pertanian serta meningkatkan kesejahteraan petani.
Contoh negara yang menerapkan
Beberapa negara yang menerapkan pertanian presisi antara lain:
 1.  Amerika Serikat: Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang paling maju dalam teknologi pertanian presisi. Banyak petani di AS menggunakan teknologi seperti GPS, sensor tanah, dan drone untuk memonitor dan mengelola lahan mereka secara efektif.