Tahun lalu Marsan measuki usia pensiun tetapi beliau masih aktif sebagai dosen di S1 san S2 Hukum Universitas Saburai Bandar Lampung. Marsan kini bahagia bersama istri dan 3 anak dan 3 mantu serta 4 cucu. Beliau memberitahu oenulis bahwa kehidupan  beliau cukup bahagia karena momong cucu merupakan rutinitas yang menyenangkan dan menambah gaidah hidup, katanya. Marsan juga punya mantu asal Palembang.Â
Sebagai pembina olah raga
Marsan juga senang di komplek perumahan mereka karena  dijadikan pembina sejumlah cabang olah raga seperti Gaplek, Badminton dan laon-lain. Kepada penulis Dr Marsan yang asli kedurang Bengkulu Selatan itu menyatakan kesyukuran beliau  bahwa belum ada pantangan makan. Daging ok. Ikan ok. Sayur ok.Â
Ditraktir di Seruit
Bersama istri dan Ikmal tetangga beliau mereka mengajak penulis, istri dan 3 anak untuk makan di RM Seuit khas lampung di RM Seruit Buk Lin di Jalan Rya Cudu Bandar Lampung. Ikmal itu adalah teman kuliah istri penulis di FP Unsri. Mereka berarti yunior penulis. Â Â
Penulis masuk FP Unari tahun 1978, sementara pak Ikmal dan Prof Nurhayati Damiri tahun 1980. Di RM Seruit ini semua makan lahap karena ikan, sayur dan nasi diseruit dengan sambal terasi yang diletakkan di meja makan. Â Makan bertambah. Setelah makan penulis dan keluarga pamit pulang ke Palembang. Kini Lampung Palembang terhubung melalui.jalan tol sepanjang 320 km. Dengan tarif tol 261 ribu rupiah sudah sampai di Palembang.
Jayalah kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H