Bismillah,
Kami, penulis dan anak dengan ditemani ssopir bersepakat melakukan perjalanan darat dari Palembang ke Manna Seginim Air Nipis kemudian kembali ke Palembang via Bengkulu Kepahyang Curup Lubuk Linggau lalu naik kereta api Eksekutif. DariPalembang kami mengendarai mobil datsun go yang lincah dan sopirnya memang punya pengalaman yang panjang dalam mengendarai mobil antar provinsi dan antar pulau.
Misi
Kepulangan penulis ke kampung halaman dengan anak yang sejak 2012 merantau ke Malaysia memang merupakan "mpossible mission". Mengapa? Karena penhlis sebagai sang ayah belum.pernah ada kesempatan untuk membawa istri dan anak secara bersama menapaktilasi perjalanan waktu penulis masih kuliah di tahin 1970-1980an. Â Pada tahun 1984, penulis resmi mengajak ayah ibu, kakek dan 5 adik pindah ke Palembang untuk berjuang merubah hidup di kota.
Itu merupakan kesepakatan dengan orangtua. Sebelumnya penulis sudah merintis kepindahan itu karena penulis sudah lebih dahulu bekerja sebagai dosen muda dengan didamping dua adik yang masih kelas 1 SMP dan SMA. Untuk persiapan pindah penulis sudah membuat rumah kayu di rawa pada tanah penulis sendiri di kawasan Hulu Balang Palembang. Setelah berpindah ke Palembang hingga tahun 2023 sekarang penulis belum sempat membawa anak laki-laki maupun perempuan ke desa penulis di Lubuk Langkap Air Nipis Bengkulu Swlatan.
Pulang ke desa
Anak penulis yang no 2 ini bernama Ahmad Affandi Supli. Beliau libur di kota Palembang di.mana penulis bermukim selama 1 bulan lebih. Swlama libur beliau ingin membuat SIM A dan V serta SIM internasional. Setelah semua selesia penulis menawarkan dan meminta pendapat beliau untuk menemani  penulis sebagai ayah beliau pulang ke desa via kendaraan darat. Istri penulis menawarkan jalan udara yakni naik pesawat. Penulis menolak karena sedikit yang bisa dipetik oleh anak penulis.
Di Lubuk Langkap kami disambut oleh pak guru Dawar, ayah dan saudara serta keponakan mereka. Sedianya penulis ingin meninap satu hari di rumah pak Andang, pengusaha aaal Lubuk Langkap yang kini bermukim di Jombang Jatim. Tetapi penulis menadapat telepon dari adik di Bengkulu yang mengabarkan kondisi ibu kami di sana. Lalu penulis pami setelah ziarah di pemakaman di seberang Air luangan sebelah barat dusun Lubuk Langkap.
Gotong royong
Suatu hal yang tak lekang lena panas tak lapuk.kena hujan di Lubuk Langkap ini adalah semangat gotong royong dari warganya. Di hari minggu 30 Januari 2023 penulis mendapatkan warga yang dipimpin oleh Sekdes pak Isa Ansori anak guru penulis Wanit waktu di MIM Tanjung baru nama lain Lubuk Langkap. Bertemu juga di sana ada mantan punggawa Beran, juga sempat jadi Depati Sukanegeri, ada Jaal, Didin dll.Â
Penulis sempat memberikan semangat kepada mereka bahwa gotong royong membuat jembatan menuju perkuburan Lubuk langkap itu adalah amal jariyah, berupa ilmu yang bermanfaat, sedekah jariyah. Walau kita sudah meninggal tetapi selagi digunakan untuk umum maka pahalanya mengalir terus menerus sampai hari kiamat. Penulis memberi bantuan alakadarnya melalui sekdes, Â pak Isa Ansori. Pak Isa ini juga menemani penulis, sopir dan anak ziarah di pemakaman kakek, nenek, paman dan semua.
Jayalah kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H