Bismillah,
Lubuk Langkap Air Nipis Bengkulu Selatan terbentuk dan dibentuk dari perkumpulan warga datangan dari banyak tempat dalam wilayah kabupaten Bengkulu Selatan. Kepindahan mereka ke Tanjung Baru, Â nama lain dari Lubuk Langkap itu sekitar tahun 1950-1960.
Terbanyak dari Masat dan Pino
Jika ditanya kepada generasi senior yang masih hidup ternyata asal-usul warga Lubuk Langkap terbanyak dari Kecamatan Masat dan Pino. Dari sinilah asal warga terbanyak menempati dusun no 2 paling hulu di eks Marga Seginim itu.
Hampir semua desa di Masat dan Pino ada di Lubuk Langkap. Mulai dari Bandar Agung, Batu Niding, Masat, Pino, Sebilo, Penganggiran, Ayik Umban, Batu Kuning, Kota Bumi dll.
Ketika ditanya alasan mereka pindah terbanyak menjawab adalah dalam rangka mencari tanah sawah. Mereka tidak ada pembagian tanah sawah jika tetap tinggal di daerah asal.
Sebagai contoh Abdur Rahim ayah penulis beliau pindah ke Lubuk Langkap karena menikah dengan ibu penulis. Kakek penulis pindah lebih awal ke Lubuk Langkap dari Kota Bumi Masat. Sementara ayah penulis berasal dari desa tetangga dengan kakek penulis yakni dari Sebilo Masat.
Ada yang dari Kedurang
Keluarga Maulana dan Iburrahim adalah dua bersaudara yang pindah ke Lubuk dari Kedurang marga Kedurang. Marga Kedurang itu hanya berada di sebelah timur laut Lubuk Langkap yang berjarak sekitar puluhan kilometer.
Maulana dan Iburahim ini menjadi dekat dengan keluarga Lubuk Langkap karena menikah dengan salah satu anggota keluarga yang berasal dari Masat atau Pino.
Secara keseluruhan warga Lubuk Langkap sebelum pindah ke Lubuk Langkap sudah saling kenal mengenal karena berhampiran desa asal atau memang ada hubungan keluarga.
Sebagai misal Jala dan suaminya Juwaris berdekatan sawah dengan sawah Rahim dan istrinya Rahina. Dalam kenyataannya Jala dan Rahim itu masih nenek bersaudara yang berasal dari desa Masat kecamatan Masat.
Pino Banyak Buaya, Lintang Tertutup
Pada kesempatan terpisah Buyung Nurman, PPL teladan nasional asal provinsi Bengkulu menambahkan sebagai berikut. Konon, sebelum memutuskan untuk pindah ke Lubuk Langkap, ada dua dua wilayah yang memungkinkan untuk di jadikan sasaran pindah, yaitu Pino (kini Pino Raya) dan Lintang empat Lawang.
Hanya saja setelah di teliti dan didapati fakta bahwa Pino yang memang tanahnya luas dengan tekstur mineral lempung berpasir itu disetiap sungai-sungainya banyak terdapat binatang air yang ganas berupa buaya.
Sementara wilayah Lintang empat Lawang, tertutup untuk menerima pendatang dari luar, kondisi itu dapat di maklumi karena keamanan daerah belum kondusif, pasca pergolakan fisik setelah lepas dari Penjajahan.
Dengan berbagai macam pertimbangan akhirnya Seginim bahagian ulu di jadikan sasaran kepindahan itu.
Kepindahan para senior dimasa itu tidak secara perontal, melainkan ada rombongan pendahulu, lalu dalam waktu berikutnya menyusul rombongan lain dan seterusnya. Demikian tambahan dari B Nurman yang berasal dari Lubuk Langkap itu.
Jayalah kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H