Di antara mereka berempat itu masih tersisa pamanda Jalim dan Asdin Ganal yang masih hidup. Asdin Ganal kini tinggal di Bengkulu. Awalnya waktu bujangan pamanda Jalim ikut keluarga ayah penulis. Setelah pamanda Jalim menikah, Asdin ikut keluarga pamanda Jalim.
Nasib mereka lebih baik
Bagi ayah, pamanda Jalim, binda Khodijah dan Asdin Ganal kehidupan mereka lebih baik karena kopi di Datar Kepahyang buahnya lebat dan harganya cukup bagus.
Anak-anak pamanda Jalim, bibinda Khodijah dan Asdin Ganal ketika dewasa menjalani kehidupan yang lebih baik, lebih sejahtera dan lebih bahagia. Anak-anak pamanda Jalim pindah ke kota-kota seperti Manna, Bengkulu dan Bogor.Â
Anak Khodijah di Bengkulu. Anak Asdin berada di Jakarta dan Seluma Bengkulu.
Radio sebagai pedoman
Semua keluarga yang berkebun di datar kepahyang, keluarga ayah yang di sawah atau jika swdang di kampung punya pedoman yang sama yakni radio. Radio setiap saat akan memberitahu waktu setiap jam sekali.Â
Demikian juga untuk azan solat 5 waktu mesti ada azan. Biasanya ketika berbuka puasa dibuat 10 menit lebih belakangan dari waktu RRI Palembang.
Bertahun-tahun keluarga ayah menggunakan radio sebagai pedoman untuk ibadah dan untuk aktivitas di sawah atau di kebun. Waktu itu tidak ada HP, tidak ada facebook, tidak ada SMS, youtube dan instagram.
Jika terpaksa keluarga yang ada di luar kota mengirim surat atau mengirim pos wesel untuk biaya sekolah dari bulan ke bulan.
Indahnya ingat masa lalu.