Bismillah,
Penulis adalah anak orang tak berpunya. Karena itu pada saat kecil sangat kagum dengan keluarga yang ada gerobak sapi untuk pergi ke sana dan kemari. Untuk mengangkut beras, untuk pergi mengunjungi keluarga dll.Â
Keluarga ayah penulis hanya mengandalkan jalan kaki. Bayangkan dari Lubuk Langkap Suka Maju Air Nipis sekarang berjalan kaki menuju Sebilo Kota Bumi Masat, lebih kurang 40an km.
Menikmati jalan kaki
Walau demikian penulis waktu kecil menikmati jalan kaki bersama ayah, ibu dan adik-adik. Adik-adik masih ada yang didukung di belakang ayah, dan yang digendong ibu.
Pulang dari Masat kami membawa durian dalam bentuk buah, tempoyak atau dodol durian yang nama lainnya adalah lempok.
Jalan kaki ke Palak Padang
Sejak kecil kaki penulis betisnya besar karena selalu diajak oleh ibu untuk menemani beliau jualan sayur dan ikan asap di pekan  palak padang yang kini dikenal dengan "Seginim city". Tidak cukup punya betis membesar penulis punya urat-urat yang keluar yang disebut parises.
Rupanya jalan kaki sejak kecil ini berguna untuk latihan ketika pulang liburan dari kota Manna atau persiapan untuk jalan kaki ketika pulang liburan kuliah dari Tanjung Sakti ke Lubuk Langkap.
Ketika dewasa penulis baru memahami bahwa "over function" kaki merupakan penyebab terjadinya parises. Penulis lebih menikmati jalan kaki daripada naik bis untuk jangka waktu yang lama.Â
Perjalanan melalui bis dari Palembang ke Pagar Alam sudah cukup tersiksa. Ditambah lagi naik kendaraan kecil antara apagar alam dan Tanjung Sakti.Â