Ayah sakit keras, kaki ibu kena bambu
Pejadi penulis menderita dari waktu ke waktu. Â Sering terjadi di depan mata. Waktu penulis kecil kami nermalam di sawah. Sawah kami melewati sungai air nipis. Perlu 3 kali penyebrangan untuk mencapai sawah dari rumah kami di kampung Lubuk Langkap.
Suatu saat ayah sakit keras di sawah. Kami panik karena beliau sakit susah bernapas. Entah bagaimana pengobatannya ayah siuman. Untung ibu tidak panik. Dia dengan telaten membantu ayah agar seera siuman. Akhirmya ayah sembuh.
Pada kali lain ibu kena tombak bambu kakinya yang dia tebang sendiri. Kakinya cacat sampai saat ini. Alhamulillah ibu panjang umur. Sampai saat ini ibu sehat sehat.
Menangis jika ingat ayah
Penulis bukan siapa-siapa jika ingat pengorbanan mereka untuk penulis sebagai anak tertua. Mereka benar benar kerja keras, kerja ikhlas dan kerja cerdas. Â Mereka ingin sekali anaknya sekolah. Yang menarik adalah bahwa mereka tidak pamrih. Tidak pernah meminta uang. Tidak pernah meminta agar adik-adik disekolahkan oleh penulis. Alhamdulillah walau tak sebanding dengan perjuangan pejadi, penulis telah berbuat untuk ayah dan ibu. Semoga mereka ridho pada penulis dan Allah ridho juga pada pembaca semua.
Jayalah kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H