Mohon tunggu...
Supli rahim
Supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sawah Licak Itu adalah Bagian dari Hidup Kami

2 Juni 2022   07:09 Diperbarui: 2 Juni 2022   07:20 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sawah Licak Itu Sangat Berjasa

Bismillah,

Pagi ini penulis membaca dan mendengar kata sawah licak. Kata itu terdengar dari suatu dialog antara suami istri ketika mereka  saling sapa. Apa yang mau dimasak untuk ke sawah pagi ini?

Ingatan jauh

Ketika mendengar kata "sawah licak" penulis menerawang ingatan jauh ke belakang. Penulis teringat jalan menuju ke sawah waktu di desa, jalan itu licin, jalan itu banyak sawah padi, jalan itu ada ikan kecil, jalan itu ada ular.

Di sawah licak penulis memulai pemahaman tentang hidup. Hidup itu adalah pengorbanan, hidup itu adalah belajar, hidup itu adalah susah. Di sawah licak penulis memulai memahami bahwa hidup itu warna warni, ada sawah tanah, ada sawah batu, ada sawah genangan, ada sawah kekeringan. Di sawah licak itu penulis mulai memahami ada beras hitam, ada beras putih, ada beras berbatu, ada beras mentah.

Mata berair

Mendengar kata sawah licak menyebabkan mata penulis berair. Bukan karena kena air pedas, bukan karena air panas tapi karena ingatan yang jauh ke masa lalu. Mendengar kata sawah licak ini penulis teringat kepada masa masa susah, masa antara makan dengan tiada, masa kerja keras membanting tulang. Masa itu yang membanting tulang adalah ayah ibu penulis, kakek nenek penulis, paman, saudara.

Pernah menyaksikan ayah penulis sakit keras, ibu ditusuk bambu. Ayah hampir saja meninggal dunia, demikian juga ibu. Kakinya hampir putus.

Kaki membusuk

Selama kerja di sawah kaki penulis dan keluarga membusuk karena selalu terendam air. Kaki seperti itu  menyebabkan mudah mengalami infeksi. Kala itu belum mengerti apa obatnya. Belum mengerti bagaimana bersikap. Yang ada adalah menjalani hidup bermesraan dengan sakit yang diderita.

Kata sawah licak juga sangat bersangkutan dengan masukknya tanah di antara kuku jari kaki, yang mengalami pembengkakkan untuk jangka wakru yang lama. Apakah anggota keluarga lain mengalami hal serupa? Jawabnya iya. Semua kena sakit  "ulat sebayan".

Musim panen tiba
Musim panen tiba adalah musim kegembiraan bagi keluarga penulis. Gembira karena akan panen padi baru, beras baru, semangat baru. Tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah jika musim panen tiba maka sawah akan dikeringkan. Yang berarti kaki akan kering juga. Jemari kaki akan kering juga. Tetapi sakit pada kaki, pada selah jari  belum berakhir. Ada obat yang biasa digunakan yakni mrmakai air sabun dan dibiarkan kering menjelang tidur. Wau tidak pernah sembuh tetapi relatif tidak gatal.

Sawah licak adalah sejarah hidup penulis, sejarah hidup keluarga penulis, sejarah hidup orang asal kampung penulis. Setiap.kata sawah licak disebut maka begitulah masa lalu kami semua. Kami bangga dan bersyukur dengan sawah licak, dengan lubuk langkap, dengan kehidupan yang penuh lika liku, kehidupan yang tak mudah dilupakan, kehidupan yang indah untuk dikenang.

Jayalah kita semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun