Mohon tunggu...
Supli rahim
Supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cahyo Pramono Meneliti Perilaku Pengurus Masjid sebagai Penumpuk Harta

19 Mei 2022   17:57 Diperbarui: 19 Mei 2022   18:31 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Pramono Cahyono merasa beruntung karena mengamati masjid masjid sepanjang 5000 km dari jalur timur Sumatera dan pantura Jawa sampai Yogyakarta. Beliau kembali ke Medan melalui jalur barat pulau Jawa dan jalur barat pukau Sumatera. Betapa beliau kagum dengan banyaknya masjid yang besar, cantik dengan saldo keuangan yang juga besar, bahkan sampai ratusan juta rupiah.  Demikian juga jemaahnya banyak. Tidak sedikit juga Pramono menemukan masjid yang suram, kotor dan tak terurus. Jemaahnya juga sedikit.

Melihat laporan keuangan

Terlepas rasa bangga, Pramono tidak melihat laporan penggunaan keuangan untuk kesejahteraan para dai, para imam selain untuk bayar listrik dan PDAM yang memang tarifnya rendah. 

Dari laporan keuangan pada banyak masjid, Pramono tidak menemukan honor marbot yang memadai, imam dan khotib diberi UMR, tak ada laporan penggunaan keuangan masjid untuk anak yatim piatu, tak ada laporan keuangan untuk membantu masjid tetangga yang kurang beruntung. Pramono juga tidak menemulan penggunaan uang masjid untuk bencana alam dan biaya makan mereka yang menjadi tamu Allah dan sedang safar. Pramono tidak melihat laporan keuangan masjid untuk membantu modal bagi masyarakat sekitar. Tak jelas apa penyebab ini semua. Apakah karena pengurus masjid sangat kikir.

Bangga

Pramono merasa heran kepada pengutus banyak masjid sepanjang jalan Sumatera dan Jawa itu sangat bangga dengan saldo keuangan masjid yang banyak karena jumlahnya mencapai ratusan juta rupiah. Mengapa mereka tak menyadari bahwa dana infaq dari umat itu maunya segera disalurkan bukan hanya ditumpuk. 

Mengapa mereka tidak menyadari, masih menurut Pramono, bahwa mereka sedang jadi Qorun yang menumpuk dana infaq umat. Mestinya segera disalurkan bukan malah ditimbun. 

Lagi-lagi Pramono heran kenapa pengutus bangga dengan saldo yang banyak bukan aksi yang banyak.

Khawatir

Pramono menelusuri mengapa mereka menumpuk dana infaq umat. Salah satunya karena mereka khawatir kekurangan dana jika semua dipakai untuk banyak kegiatan. Mereka lupa bahwa mereka sedang mengurus rumah Allah bukan rumah biasa. Mereka sedang mengurus baitullah.

Bukankah yang menjadi penguasa di langit adalah Allah bukan saldo keuangan mereka yang banyak itu. 

Impian

Pramono berharap agar ke depan jangan lagi menumpuk uang di kas masjid. Penjaga masjid, petugas kebersihan, imam, khotib dan para dai diberi insentif yang layak. Minimal sama dengan Upah Minimum Regional. 

Pramono mengimpikan agar orang fakir miskin dan para dhuafa dibantu dari dana masjid tak hanya ditumpuk. Pramono.mengharapkan agar dana masjid digunakan untuk membantu korban bencana alam, membantu para  tamu Allah yang sedang safar. 

Pramono mengingatkan bahwa masjid itu adalah rumah Allah, jangan khawatir. Allah akan jaga. Uang infaq itu adalah diharapkan jadi mesin penetak pahala jari segerakan. Yang menjadi Allah itu adalah Allah bukan kita yang mengurusi masjid. Sadarlah untuk mengurus masjid sebaik mungkin.

Pramono Cahyono adalah Relawan Komunitae Pecinta Masjid Bersih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun