Mohon tunggu...
Supli rahim
Supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Daftar Pergi Haji dengan Air Mata dan Yakin pada Allah

19 Mei 2022   03:49 Diperbarui: 19 Mei 2022   04:02 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah,

Ketika musim haji tiba penulis teringat bagaimana prosesi daftar haji bermodalkan air mata dan yakin. Ada keluarga yang penulis ajak untuk daftar naik haji pada saat dia masih susah karena menyekolahkan anaknya di perguruan tinggi. Dia menuruti saja saran penulis ternyata bisa. Penulis daftar haji dalam 17 bulan berangkat. Istri penulis sempat tak pede dengan rencana suaminya. Tulisan ini mengungkapkan perjalanan rohani penulis dan istrinya. 

Huruj fisabilillah di Thailand dan Malaysia

Bermula dengan ajakan teman-teman untuk hutuj fisabilillah ke Thailand dan Malaysia selama 40 hari, saat itu musim haji. Penulis bermodalkan pinjaman uang untuk keluarga dan selama di jalan Allah. Setiap hari penulis menjalani prosesi hutuj di Thailand selatan dan juga ke Bangkok tepatnya di markaz Minburi Bangkok.

Selama di Thailand penulis menikmati huruj dari masjid ke masjid mulai dari  markaz Ya'la lalu pindah ke masjid masjid di kampung kampung provinsi Naratiwat.  Sambutan masyarakat muslim di sana luar biasa. Mereka para tetangga masjid menyiapkan jamuan makan 3 kali sehari secara bergantian lalu membawa kami untuk berdakwa ke tempat-tempat yang mereka musyawarahkan. Penulis banyak diajak ke pesantren dan masjid tetangga desa tempat kami bermalam. 

Pas musim haji tiba, kami menyaksikan bagaimana masyarakat muslim menyembelih heean qurban. Mereka tidak ada panitia terpusat. Mereka menyembelih sendiri sendiri-memasak lalu mencari calon pemakan hewan qurban yang sudah dimasak itu ke rumah mereka. Self service. Penulis berkeinginan untuk pergi haji. Walau uang belum ada. 

Daftar haji

Pulang ke tanah air, penulis meminta persetujuan istri untuk daftar haji. Istri tak berkeberatan tapi aneh saja. Mosok uang tak banyak mau daftar pwrgi haji. Lagian banyak tagihan yang harus dilunasi setiap bulan. Adik masih kuliah. Anak mau kuliah. Rumah masih kredit, demikian juga kendaraan.

17 bulan

Penulis memperoleh kesempatan dari Allah untuk daftar haji dengan yakin dan air mata. apada tahun pertama penulis dan istrinya sudah mampu memgumpulkan ONH sebanyak 5,5 juta per orang. Alhamdulillah. Pada bulan ke 14 prnulis dapat telepon dari BNI untuk memperoleh dana talangan haji biar dapat porsi. Dana talangan itu sebesar Rp 29 juta untuk 2 orang. Istri tak setuju. Penulis tetap nekad. Alhamdulillah setelah 3 bulan Allah kirim rezeki  yang lebih dari cukup untuk haji dan persiapan anak masuk kuliah.

Ikut rombongan Pertamina

Manasik haji cari yang gratis. Ada teman yany mengajak ke rombongan Pertamina. Alhamdulillah semua dilancarkan. Bulan Desember 2003 berangkat pulang Februari 2004.

Istri kehilangan uang

Sesampai di Mekkah Allah uji istri kehilangan uang ketika tawaf di Kakbah. Beliau ikhlas. Ternyata itu cara Allah untuk memberi rezeki pada penulis dan istri penggantinya yang lebih banyak dan barokah.

Terima kasih ya Allah telah menghantarkan kami berdua pergi haji walau bermodalkan air mata dan yakin. Ya Allah jika memungkinkan kami ingin mengunjungi baitullah dengan kasih sayangMu. Kami tak punya apa apa kecuali yakin dan air mata saja. Semua yang ada di langit dan mbumi adalah milikMu.

Labbaik Allahumma labbaik. Kami datang memenuhi panghilanMu. Mampukan semua pembaca untuk pergi haji ke baitullahMu. Aamin yra.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun