Bismillah,
Ketika musim haji tiba penulis teringat bagaimana prosesi daftar haji bermodalkan air mata dan yakin. Ada keluarga yang penulis ajak untuk daftar naik haji pada saat dia masih susah karena menyekolahkan anaknya di perguruan tinggi. Dia menuruti saja saran penulis ternyata bisa. Penulis daftar haji dalam 17 bulan berangkat. Istri penulis sempat tak pede dengan rencana suaminya. Tulisan ini mengungkapkan perjalanan rohani penulis dan istrinya.Â
Huruj fisabilillah di Thailand dan Malaysia
Bermula dengan ajakan teman-teman untuk hutuj fisabilillah ke Thailand dan Malaysia selama 40 hari, saat itu musim haji. Penulis bermodalkan pinjaman uang untuk keluarga dan selama di jalan Allah. Setiap hari penulis menjalani prosesi hutuj di Thailand selatan dan juga ke Bangkok tepatnya di markaz Minburi Bangkok.
Selama di Thailand penulis menikmati huruj dari masjid ke masjid mulai dari  markaz Ya'la lalu pindah ke masjid masjid di kampung kampung provinsi Naratiwat.  Sambutan masyarakat muslim di sana luar biasa. Mereka para tetangga masjid menyiapkan jamuan makan 3 kali sehari secara bergantian lalu membawa kami untuk berdakwa ke tempat-tempat yang mereka musyawarahkan. Penulis banyak diajak ke pesantren dan masjid tetangga desa tempat kami bermalam.Â
Pas musim haji tiba, kami menyaksikan bagaimana masyarakat muslim menyembelih heean qurban. Mereka tidak ada panitia terpusat. Mereka menyembelih sendiri sendiri-memasak lalu mencari calon pemakan hewan qurban yang sudah dimasak itu ke rumah mereka. Self service. Penulis berkeinginan untuk pergi haji. Walau uang belum ada.Â
Daftar haji
Pulang ke tanah air, penulis meminta persetujuan istri untuk daftar haji. Istri tak berkeberatan tapi aneh saja. Mosok uang tak banyak mau daftar pwrgi haji. Lagian banyak tagihan yang harus dilunasi setiap bulan. Adik masih kuliah. Anak mau kuliah. Rumah masih kredit, demikian juga kendaraan.
17 bulan