Hal itu juga diperparah karena banyaknya jumlah warga kampungku yang hijrah ke tempat lain, termasuk beberapa orang Pemuka agama dan rendahnya animo anggota warga kampungku yang " berhasil " untuk membangun kediamannya di Lubuk Langkap.
Adalah H. Bandarman Sukar yang berhasil diperantauan, yang dibukahkan pintu hatinya oleh Allah Subhanna wata Allah untuk merenovasi total surau Muhammadiyah itu beberapa tahun yang lalu.
Meskipun menurut masyarakat luasan didalamnya lebih kecil jika dibandingkan dengan surau yang lama, tapi yang pasti penampakannya lebih gagah karena konstruksi bangunannya kokoh dengan model yang elegan dan material yang digunakan mahal dan
 sangat menarik.
Penulis kurang tahu pasti pertimbangannya kenapa luasanya sedikit diperkecil, sebagai asumsi barangkali karena populasi warga kampungku memang jauh berkurang dan bentuk kampungku pun memang banyak berubah, jika dibandingkan dengan keadaan tahun 70an sampai awal tahun 90an.
Suatu kali kepada Penulis, H. Bandarman yang sudah lama merantau di tanah Jawa itu menyampaikan bahwa konstruksi masjid sengaja dibuat kuat untuk pengembangan di masa yang akan datang dengan cara membuat lantai dua atau tiga dan seterusnya.
Belum lagi kegembiraan warga kampungku menikmati indahnya beribadah di masjid Muhammadiyah yang cantik nan strategis itu ada lagi sebagian masyarakat yang merasa kurang karena lokasi masjid cukup jauh dari lokasi obyek wisata pemandian Bendung Lubuk Langkap yang setiap hari libur banyak mendapat kunjungan  masyarakat dari berbagai daerah.
Lalu bagaimana solusinya  ?
Dari jajak pendapat antara sebagian warga penghuni kampungku Lubuk Langkap dengan para perantau asal kampungku Lubuk Langkap di simpulkan harus dibangun sebuah tempat ibadah guna menampung kebutuhan ibadah para pengunjung berupa Musholla.
Guna mewujudkan niat yang ikhlas dan rencana yang mulia itu serta dilandasi ilmu dan pengamalan agama yang mumpuni bahwa Allah akan membuatkan sebuah rumah di surga bagi yang membangun masjid di dunia walau hanya sebesar sangkar burung.
Kemudian di bentuklah panitia pembangunan Musholla Lubuk Langkap Darussalam dan proposalpun disusun sesuai dengan standar pengadaan pembangunan oleh pihak yang ahli di bidangnya dan setelah mendapat pengesahan dari pihak yang berkompeten, proposal yang berupa Rencana Anggaran Belanja itu didistribusikan kemana-mana.
Tak terlalu lama gayung itu bersambut dan mengalirlah rupiah dari hamba-hamba Allah yang tahu akan arti amal jariah, baik dari warga Lubuk Langkap di perantauan maupun kenalan dari hamba Allah seanterio negeri.
Dan tercatat yang paling banyak memberikan sumbangan tidak lain dari sahabat, kenalan, dan keluarga besar Prof. Supli Efendi Rahim yang merupakan Guru Besar di Fakultas Pertanian Universitas Negeri Sriwijaya Palembang, yang memang sudah lebih dari empat dasawarsa meninggalkan kampungku Lubuk Langkap.