Mohon tunggu...
Supli rahim
Supli rahim Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Orang biasa yang ingin mengajak masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mengenang Puasa Ramadhan di Kampung Pada Era 1970an

17 April 2022   00:21 Diperbarui: 17 April 2022   00:23 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah,


Masa antara tahun 1970 dan 1980an adalah masa yang tak pernah terlupakan bagi kami generasi "baby bommer". Generasi yang lahir antara 1946 hingga 1964. Kenapa dikatakan baby boomer? Karena pada era itu jumlah bayi terlahir menyerupai boom karena jumlah sangat besar. Pada masa itu jumlah baby boomer di Amerika Serikat menduduki angka 40 persen dari penduduk negara paman Syam itu.

Demikian juga penduduk Air Nipis Bengkulu Selatan khususnya di kampung Air Nipis. Jumlah kami baby boomer yang berumur SD hingga berumur kuliah di Perguruan Tinggi mendominasi penduduk Lubuk Langkap.

Puasa ramadhan

Kala itu puasa ramadhan cukup meriah walau di kampung Lubuk Langkap itu sepi tanpa ada penerangan listrik. Listrik mulai ada pada era tahun 1990an. Pada zaman ini sudah lahir generasi X.

Kami generasi "baby boomer" kebanyakan bersekolah SMP, SMA, SPG, PGA, SMEP, SMEA, SPMA jauh dari kampung. Kami mesti sekolah di luar daerah misalnya Manna, Bengkulu, Curup atau pergi ke pulau Jawa. Untuk generasi X mereka sudah mulai bersekolah di Air Nipis Bengkulu Selatan.

Pada waktu ramadhan tiba kami menjalankan ibadah puasa di kampung. Kami berpuasa satu bulan penuh bersama ayah ibu, kakek nenek serta adik-kakak kami di kampung.

Suatu hal yang kami tak lupa adalah selama ramadhan aktifitas orangtua kami tak berhenti dari kegiatan bertani. Ada yang berkebun kopi, ada yang bersawah padi dan ada pula yang mencari ikan di sungai yang jauh dari kampung. Penulis memilih atau diberi pilihan yakni puasa di kebun kopi bersama kakek nenek.

Liburan bulan puasa sejak sekolah SMP, SMA dan waktu kuliah di Perguruan Tinggi penulis jalani di kebun kopi dengan kakek dan nenek. Waktu jelang hari raya penulis beserta kakek nenek pulang ke kampung untuk menunaikan hari raya.

Pengumuman Pemerintah tentang hari raya

Kala itu pemerintah melelui kementerian agama secata aktif mengumuman hari raya  pada tanggal 29 ramadhan dan sangat sering diminta membatalkan puasa pada hari itu karena bulan baru sudah muncul. Jarang sekali puasa 30 hari.

Setelah dewasa baru penulis  ketahui bahwa penetapan ramadhan didominasi oleh metode hisab apalagi kampung kami penduduknya mayoritas muslim Muhammadiyah. Jadi metode penetapan hari raya secara hisab memang sudah biasa.

Berbuka puasa dan berhari raya

Kala itu berbuka puasa dengan makanan pembuka yang sederhana itu biasa. Goreng pisang alias juadah serta ketan pakai kuah manis itu sudah mewah untuk berbuka puasa. Masa itu badan kami generasi baby hoomer rata-rata kurus dan agak kurus walaupun ada juga yang agak gemuk. Kenapa? Karena asupan gizi yang ala kadarnya sementara kerja keras. Walau puasa tetap bertani kopi atau bertani padi sawah dan padi ladang.

Kini kami generasi baby boomer asal Lubuk Langkap Air Nipis Bengkulu Selatan sudah banyak yang meninggal. Yang ada berserakan di banyak tempat yakni Bengkulu, Manna, Seginim, Air Nipis Sendiri, pulau Jawa, Sumatera Selatan dan Lampung.

Itulah sekelumit tentang kenangan indah waktu berpuasa ramadhan di era antara 1970 dan 1980 an di kampung Lubuk Langkap Air Nipis Bengkulu Selatan. Waktu yang indah dikenang dan tak mudah dilupakan.

Jayalah kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun