Saat Anda memeriksa aplikasi, mungkin bijaksana untuk pertimbangkan ulang arsitektur strategisnya untuk menyesuaikan apa yang berpotensi jadi kehidupan yang lebih lama. Sejumlah platform cloud migration Indonesia saat ini jadi arus utama di pada lingkungan hybrid dan multi-cloud, terhitung yang berikut:
Microsoft Azure Stack;
Google Cloud Anthos;
Pos-pos AWS;
VMware Cloud di AWS; dan
PaaS berbasis wadah, layaknya Cloud Foundry atau Red Hat OpenShift.
Masalah staf. Aplikasi yang hidup di cloud memerlukan serangkaian keterampilan manajemen yang berbeda, dan, bersama demikian, para pemimpin TI wajib menegaskan staf siap mengatasi migrasi cloud. Pertimbangkan perangkat keterampilan karyawan, dan pastikan semua orang dilatih bersama benar berkenaan cara mengendalikan dan mengelola layanan tersebut. Manajemen cloud tidak layaknya bekerja bersama pusat information lokal dan sumber daya virtual rutin.
Terlepas dari aplikasi, staf sementara ini wajib belajar beradaptasi bersama peran baru. Secara khusus, keamanan information memerlukan pendekatan yang berlainan di cloud dari pada di tempat, agar pelatihan staf wajib jadi prioritas.
Proses Cloud Migration Jakarta
Langkah-langkah atau proses yang diikuti perusahaan sepanjang migrasi cloud berbeda-beda berdasarkan faktor-faktor layaknya tipe migrasi yang idamkan dilaksanakan dan sumber daya spesifik yang idamkan dipindahkan. Yang mengatakan, elemen-elemen lazim dari trick migrasi cloud meliputi yang berikut:
evaluasi persyaratan kinerja dan keamanan;
pemilihan penyedia cloud;
perhitungan biaya; dan
setiap reorganisasi yang diakui perlu.
Pada sementara yang sama, bersiaplah untuk mengatasi beberapa tantangan lazim sepanjang migrasi cloud:
interoperabilitas;
portabilitas information dan aplikasi;
integritas dan keamanan data; dan
keberlangsungan bisnis.
Tanpa rencana yang tepat, cloud migration Jakarta dapat turunkan kinerja beban kerja dan menyebabkan biaya TI lebih tinggi - bersama demikianlah melupakan beberapa fungsi utama komputasi awan.
Bergantung pada perincian migrasi, perusahaan dapat menentukan untuk memindahkan aplikasi ke lingkungan hosting barunya tanpa modifikasi apa pun - tipe yang sering kadang disebut sebagai migrasi lift-and-shift. Dalam skenario ini, beban kerja bergerak langsung dari server lokal ke cloud tanpa perubahan. Ini pada dasarnya adalah cara 1 ke 1 yang dilaksanakan lebih-lebih sebagai perbaikan jangka pendek untuk menghemat biaya infrastruktur.
Dalam persoalan lain, mungkin lebih berfaedah untuk mengubah kode atau arsitektur aplikasi. Proses ini dikenal sebagai aplikasi refactoring atau rearchitecting. Masuk akal untuk memperbarui aplikasi sebelum saat migrasi cloud, namun seringkali itu terjadi surut. Ini kebanyakan terjadi sesudah mengerti bahwa lift dan shift sudah kurangi kinerja aplikasi.
Refactoring aplikasi dapat mahal, jadi manajemen TI wajib pertimbangkan apakah ini masuk akal secara finansial. Jangan lupa menghitung biaya, kinerja, dan keamanan sementara Anda menganalisis ROI Anda. Kemungkinan aplikasi bakal memerlukan setidaknya beberapa refactoring, apakah transformasi sekurang-kurangnya atau komprehensif.
Jika migrasi dilaksanakan secara online, Anda wajib menghitung berapa bandwidth yang dibutuhkan untuk lakukan perpindahan.
Perusahaan miliki beberapa pilihan dalam perihal mentransfer information dari pusat information lokal ke cloud publik. Ini terhitung pemanfaatan internet publik atau koneksi jaringan spesial / khusus. Pilihan lain adalah transfer offline, di mana organisasi mengunggah information lokalnya ke suatu alat dan kemudian secara fisik mengirimkan alat itu ke penyedia cloud publik, yang kemudian mengunggah information ke cloud. Jenis migrasi information yang dipilih perusahaan - online atau offline - tergantung pada kuantitas dan tipe information yang idamkan dipindahkan, serta seberapa cepat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan migrasi.
Mungkin tidak realistis untuk mengesampingkan koneksi internet Anda untuk jangka sementara yang lama. Dalam beberapa kasus, bakal lebih masuk akal kalau memanfaatkan truk untuk mentransfer information alih-alih koneksi internet. Ada layanan untuk obyek ini - Microsoft, AWS, Google dan IBM miliki opsi untuk pengiriman information offline. Pengiriman fisik mungkin tidak menghalau keperluan untuk sinkronisasi tambahan, namun dapat memotong sementara dan biaya untuk memindahkan data.
Sebelum beban kerja berubah ke produksi, wajib diuji stres dan dioptimalkan untuk mengimbuhkan kinerja yang dapat diterima. Penting terhitung untuk menguji keadaan kegagalan serta proses yang berlebihan.
Setelah migrasi cloud selesai, staf bakal mengalihkan fokusnya ke kinerja data, penggunaan, dan stabilitas. Pastikan untuk menyebabkan anggaran untuk alat-alat ini, karena mereka kerap dilupakan dalam rencana awal.