Cloud Migration - Migrasi cloud atau cloud migration adalah proses memindahkan data, aplikasi, atau elemen bisnis lainnya ke lingkungan komputasi awan.
Ada beraneka tipe migrasi cloud yang dapat dilaksanakan perusahaan. Salah satu tipe lazim adalah transfer information dan aplikasi dari pusat information lokal di wilayah ke cloud publik. Namun, migrasi cloud terhitung dapat termasuk pindahan information dan aplikasi dari satu platform cloud atau penyedia ke yang lain - tipe yang dikenal sebagai migrasi cloud-to-cloud. Tipe ketiga dari migrasi adalah migrasi cloud terbalik, repatriasi cloud atau cloud exit, area information atau aplikasi dipindahkan dari cloud dan ulang ke pusat information lokal.
Manfaat Cloud Migration
Tujuan lazim atau fungsi dari migrasi cloud adalah untuk meng-host aplikasi dan information dalam lingkungan TI paling efektif yang mungkin, berdasarkan faktor-faktor layaknya biaya, kinerja, dan keamanan.
Sebagai contoh, banyak organisasi lakukan migrasi aplikasi dan information di area dari pusat information lokal mereka ke infrastruktur cloud publik untuk mengambil keuntungan dari fungsi layaknya elastisitas yang lebih besar, penyediaan layanan mandiri, redundansi, dan tipe pembayaran per pemanfaatan yang fleksibel. .
Strategi Cloud Migration Indonesia
Memindahkan beban kerja ke cloud memerlukan trick yang dipikirkan bersama matang yang termasuk paduan kompleks dari tantangan manajemen dan teknologi, serta penyesuaian staf dan sumber daya. Ada pilihan dalam tipe migrasi untuk lakukan serta tipe information yang wajib dipindahkan. Penting untuk pertimbangkan langkah-langkah migrasi cloud tersebut sebelum saat mengambil tindakan.
Aplikasi.Â
Pertama, identifikasi aplikasi. Setiap perusahaan miliki alasan berlainan untuk memindahkan beban kerja ke cloud, dan obyek untuk setiap organisasi bakal bervariasi. Langkah selanjutnya adalah melacak mengerti berapa banyak information yang wajib dipindahkan, seberapa cepat pekerjaan wajib dilaksanakan dan bagaimana cara memigrasikan information tersebut. Melakukan inventarisasi information dan aplikasi, melacak dependensi dan pertimbangkan tidak benar satu dari banyak opsi migrasi.
Ingatlah bahwa tidak setiap aplikasi wajib meninggalkan pusat information perusahaan. Di pada mereka yang wajib tinggal adalah aplikasi yang gawat pada bisnis, miliki throughput yang tinggi, memerlukan latensi rendah atau aplikasi yang miliki persyaratan pengelolaan geografis yang ketat - layaknya GDPR - yang dapat mengundang kekhawatiran.
Pertimbangkan biaya Anda. Suatu organisasi mungkin miliki bundel yang diinvestasikan dalam infrastruktur perangkat keras dan lisensi perangkat lunak. Jika investasi itu curam, ada baiknya menimbang apakah layak untuk memigrasi beban kerja atau tidak.
Jenis migrasi cloud. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi lingkungan cloud yang tepat. Perusahaan sementara ini miliki lebih dari satu skenario cloud yang dapat dipilih.
Cloud publik amat mungkin banyak pengguna mengakses sumber daya komputasi lewat internet atau koneksi khusus. Cloud spesial menyimpan information di dalam pusat information dan memanfaatkan arsitektur berpemilik. Model cloud hybrid menggabungkan tipe cloud publik dan spesial dan mentransfer information di pada keduanya. Akhirnya, dalam skenario multi-cloud, bisnis memanfaatkan opsi IaaS dari lebih dari satu penyedia cloud publik.
Saat Anda pertimbangkan di mana aplikasi wajib hidup, pertimbangkan terhitung seberapa baik kinerjanya sesudah dimigrasi. Pastikan ada bandwidth yang memadai untuk kinerja aplikasi yang optimal. Dan selidiki apakah dependensi aplikasi dapat mempersulit migrasi.
Sekarang adalah sementara yang pas untuk meninjau apa yang ada di tumpukan aplikasi yang bakal bergerak. Aplikasi lokal mungkin punya kandungan banyak fitur yang tidak digunakan, dan boros membayar untuk bermigrasi dan menopang barang-barang yang tidak perlu itu. Data basi adalah persoalan lain bersama migrasi cloud. Tanpa alasan yang bagus, mungkin tidak bijaksana untuk memindahkan information historis ke cloud.