Ciptakanlah ruang publik alternatif sebagai wadah pemuda menyalurkan ide-idenya. Isilah kedai-kedai kopi dengan berbagai macam buku. Penuhi pikiran-pikiran mereka dengan analisis sosial agar kesadaran mereka tumbuh.
Dari kesadaran palsu menuju kesadaran kritis. Dari intelektual tradisional ke intelektual organik. Dari pemuda yang bermental feodal menuju pemuda yang progresif.
Selain diskusi, membaca adalah salah satu cara mewujudkan pemuda yang berpikir. Dengan membaca kita melawan kebodohan. Dengan membaca mangktifkan imajinasi, mempertajam analisis, berpikir kritis, hingga mampu membaca realitas sosial dengan objektif.
Tidak mudah mengkultuskan seorang tokoh, tidak mudah terpengaruhi dengan isu-isu yang bisa memecah belah bangsa. Pemuda yang berpikir akan mengedepankan argumen dari pada sentimen.
Pemuda yang berpikir akan menyebarkan pikiran-pikiran sehat, ide-ide besar, dan argumen-argumen yang tajam di ruang-ruang publik, di tempat-tempat terbuka agar masyarakat tahu bahwasanya pemuda adalah ujung tombak dan harapan bangsa Indonesia.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H