Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk apa sembuhkan luka, bila hanya tuk cipta luka baru? (Supartono JW.15092016) supartonojw@yahoo.co.id instagram @supartono_jw @ssbsukmajayadepok twiter @supartono jw

Selanjutnya

Tutup

Bola

Rusuh Suporter, Benar karena Kecewa atau Ada yang Menyutradarai?

6 September 2019   14:50 Diperbarui: 6 September 2019   15:56 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tribunnews.com

Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Barangkali itulah peribahasa yang tepat untuk PSSI dan Timnas.
Sudah kalah, suporter rusuh, dan ancaman hukuman FIFA pun menunggu di depan mata.

Atas kejadian rusuh suporter, pertanyaannya, benarkah ini kejadian murni yang mengalir begitu saja karena rasa sentimentil dan emosional yang membara dari para suporter karena melihat Timnas tampil tak seperti harapan hingga kalah?

Atau sejatinya ada aktor intelektual di balik rusuh suporter ini? Sebagai bentuk balasan kekecewaan kepada PSSI yang selama ini sebagai organisasi sepak bola nasional yang hanya gemar mencari untung sendiri?

Bila dikaitkan dengan budaya rusuh suporter Indonesia dalam kompetisi Liga 1, 2, dan 3, rasanya, rusuh suporter di SUGBK adalah bagian dari lanjutan budaya suporter yang selama ini menghalalkan kerusuhan.

Namun, bila menyadari bahwa hukuman FIFA tak main-main atas rusuh suporter dalam pertandingan resmi, maka ada kesan pula, bahwa rusuh ini seperti di skenario dan ada naskahnya.

Yang pasti kerusuhan yang dilakukan oleh sejumlah oknum suporter dalam laga timnas Indonesia kontra Malaysia pada Kamis malam (5/9/2019), bakal berbuntut panjang. Indonesia harus siap menerima hukuman dari FIFA.

Akibat kerusuhan pertandingan sempat terhenti karena kejadian memalukan yang diperbuat sejumlah oknum suporter timnas Indonesia.

Mereka masuk ke lapangan, mencoba menyerang tribun penonton yang diperuntukkan bagi suporter Malaysia. Bahkan,  Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia sendiri, Syed Saddiq, menjadi saksi mata tingkah agresif oknum suporter timnas Indonesia itu.

"Saya bersama pendukung Harimau Malaya menonton pertandingan kualifikasi Piala Dunia di Stadion Gelora Bung Karno," ujar Syed Saddiq.

"Benda dari besi, botol, hingga suar dilemparkan pada kami beberapa kali," kata Syed Saddiq menambahkan.

Buntutnya ratusan suporter Malaysia bahkan terkurung di dalam stadion usai pertandingan karena situasi yang tidak aman.

Mereka baru bisa dievakuasi pada tengah malam dengan pertandingan sudah selesai sekitar pukul 22.00 WIB.

Dari informasi media Malaysia, New Strait Times, FAM (Federasi Sepak Bola Malaysia) akan mengajukan protes resmi kepada FIFA.

Ancaman hukuman denda uang, larangan menghadirkan penonton dalam laga kandang, atau bahkan harus memainkan laga kandang di tempat netral atau pengurangan poin kini nyata mengancam Indonesia.

Sesuai dengan Kode Kedisiplinan FIFA, Indonesia dalam hal ini PSSI jelas melakukan pelanggaran seperti tertera di Pasal 16. Pada ayat 1 pasal 16 jelas disebutkan asosiasi tuan rumah sebuah pertandingan resmi FIFA harus bertanggung jawab pada keamanan dan ketertiban di dalam dan sekitar stadion sebelum, selama, serta sesudah pertandingan.

Dalam ayat 2 juga disebutkan bahwa semua asosiasi bertanggung jawab untuk perilaku tidak pantas yang dilakukan oleh satu atau lebih suporternya.

Yang masuk kategori perilaku tidak pantas juga disebutkan antara lain: menginvasi lapangan pertandingan, melakukan pelemparan, dan menyalakan suar.

Kira-kira, atas rusuh suporter Indonesia yang jelas melanggar Pasal 16 tersebut, adakah kejadian normal dan biasa karena rusuh suporter sudah membudaya dalam sepak bola Indonesia. Atau memang benar ada yang menyutradara dan mafia karena kecewa kepada PSSI dan penggawanya?

Ayo pak Polisi, publik sepak bola nasional menunggu hasil.investigasi Anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun