Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk apa sembuhkan luka, bila hanya tuk cipta luka baru? (Supartono JW.15092016) supartonojw@yahoo.co.id instagram @supartono_jw @ssbsukmajayadepok twiter @supartono jw

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menunggu Detik-detik Awal Perbaikan dan Perubahan Sepak Bola Nasional

26 Juli 2019   23:22 Diperbarui: 26 Juli 2019   23:27 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa saat menjelang KLB 27 Juli 2019, berdasarkan rangking FIFA terbaru, penggawa Garuda tetap di tempatnya.
Siapa yang menyebut dan memberikan janji bahwa pertandingan Timnas Indonesia saat meladeni Timnas Vanuatu di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada 15 Juni 2019 yang lalu masih dihitung point oleh FIFA? Siapa ya?

Jelas saat itu ada yang memberikan statement dan memberitakan bahwa laga tersebut masih dalam koridor FIFA A Matchday.

Atas statement akal-akalan tersebut, sekarang dapat dibuktikan faktanya. Ternyata, hasil Timnas Indonesia membantai Timnas Vanuatu justru tak berpengaruh apa-apa pada ranking Timnas Indonesia.

Berdasarkan rilis ranking FIFA terbaru per 25 Juli 2019, Timnas Indonesia tidak berubah dari posisi lamanya, yaitu peringkat 160. Posisi ini masih sama, di bawah timnas Malaysia yang ada di peringkat ke-159.

Biang keladinya adalah Timnas Indonesia menelan kekalahan telak 1-4 dari Yordania dalam laga uji coba di Stadion King Abdullah, Amman, Selasa (11/6) malam WIB.

Terkait dengan ranking terbaru FIFA ini, bisa jadi apalah artinya bagi PSSI, toh undian Kualifiaksi Piala Dunia 2022 sudah terjadi juga.

Atas kondisi ini, sejatinya publik sepak bola nasional juga bertanya-tanya bila PSSI selama ini kurang konsen dan peduli pada laga-laga yang mendapat point dari FIFA, namun lebih peduli pada apa yang lebih menguntungkan bagi dirinya (baca: pengurus).

Karenanya, KLB yang bergulir tinggal beberapa saat lagi, benarkah diarahkan untuk menuju detik-detik perubahan sepak bola nasional mengarah kepada prestasi secara makro?

Maksud makro di sini, cerdas dan bersih pengurus organisasinya, jelas Grand Design Programnya (jangka pendek-menengah-panjang). Tergarap semua bidang, dan memerhatikan kepentingan publik/suporter sebagai pendukung utama sepak bola nasional.

Sayangnya, PSSI dan organisasinya hingga kapanpun, karena sesuai statuta FIFA, maka hanya akan menjadi milik PSSI dan voter. Tidak akan pernah menjadi milik publik/suporter.

PSSI dan voterlah yang akan menentukan nasib sepak bola nasional ke mana pun arahnya, karena merekalah pemiliknya.

Bila Presiden dan wakil rakyat di parlemen Indonesia, kini dipilih langsung oleh rakyat, maka pengurus PSSI (Ketua Umum) hanya dipilih oleh voter (seperti DPR/MPR) yang memilih Presiden.

Mirisnya, para voter pemilik suara sah di PSSI, bukanlah perwakilan publik/suporter/rakyat, namun 85 voters itu terdiri dari 34 Asosiasi Provinsi (Asprov), 18 klub Liga 1, 16 klub Liga 2, 16 klub Liga 3, dan 1 Asosiasi Futsal (FFI), yang selama ini tidak pernah meminta pendapat publik/rakyat/suporter dalam menentukan pilihannya.

Jadi, benarkah KLB besok akan menjadi awal langkah sepak bola nasional menuju arah perubahan dan perbaikan? Apa kira-kira perubahan statuta yang akan dilakukan dan menguntungkan untuk siapa?

Lalu kira-kira siapa para anggota Komite Pemilihan (KP) dan Komite Banding Pemilihan (KBP) yang akan duduk dan menjadi pengantar terpilihnya Ketua Umum PSSI yang baru?  Apakah individu-individu pilihan PSSI? Atau pilihan voter?

Siapapun yang akan terpilih, akalnya tetap PSSI dan voter. Jadi, kita tinggu bola liar sesuai KLB besok.

Benarkah KLB akan menjadi detik-detik langkah menuju perbaikan dan perubahan sepak bola nasional?

Sebab, publik, suporter, rakyat, KPSN, dan semua pecinta sepak bola nasional di luar PSSI dan voter, akan tetap abadi menjadi penonton benang kusut atau kisruh sepak bola nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun