Dari apa yang ditawarkan Iwan, khususnya menyoal bagi-bagi uang, publik bertanya, dari mana sumber uang yang akan dibagi-bagikan oleh Iwan?
Belum apa-apa, Iwan justru sudah bermain di ranah uang, yang justru selama ini menjadi momok mengapa PSSI dan sepak bola nasional bobrok dan cukup berprestasi dalam hal permafiaan, bukan prestasi Timnasnya.
Upaya Iwan dalam kampanye dengan menjanjikan uang, jelas ini sudah terkategori dalam bagian money politics. Lalu, kira-kira, sebelum bagi-bagi uang  subsidi terelisasi, bukankah Iwan harus terpilih menjadi ketua umum dulu?
Apakah Iwan juga akan memberikan uang muka/panjar kepada para voters agar memilih dirinya?
Saya melihat, apa yang disosialisasikan oleh Iwan menyoal bagi-bagi uang cukup rawan karena jelas masuk dalam permainan yang tidak sehat.
Seharusnya, Iwan berkampanye cukup dengan memberi informasi tentang profil dan keunggulan dirinya yang memiliki kualitas sebagai pemimpin sebuah organisasi olah raga terbesar dan menguasa ilmu manajemen, berapa uang pribadi yang dimiliki hingga berani mencalonkan diri, lalu apakah PSSI benar-benar bukan sebagai batu loncatan dan semata sebagai kendaraan politik karena ada sasaran lain yang dituju hingga mencari popularutas di sepak bola.
Bukan malah kampanye dengan penawaran bagi-bagi uang, yang bahkan besaran nominalnyapun disebut dengan terang-terangan. Apakah Iwan tahu jumlah uang di PSSI, hingga dapat menyebut besaran pembagian untuk setiap strata? Atau uang yang dijanjikan akan ke luar dari kantong sendiri? Mustahil.
Belum lagi terpilih dan menjabat sebagai ketua umum PSSI, Iwan sudah bermain politik uang. Sayang.
Kita lihat bagaimana kampanye calon ketua lain? Yang pasti PSSI dan sepak bola nasional memang harus dipegang dan ditangani oleh orang yang tepat, profesional dan paham betul bagaimana mengorganisir sepak bola nasional yang selama ini terus terpuruk. Memahami betul bagaimana pola pembinaan dan kompetisi sepak bola nasional secara terstruktur mulai dari sepak bola akar rumput hingga terbentuknya Timnas handal.
Terpenting, menghidupkan seluruh Asprov, Askab/Askot yang selama ini sebagian besar mati suri karena tak ada subsidi.
Berkampanyelah dengan menjual keunggulan diri, keunggulan program, dan transparan memiliki modal uang berapa, hingga siap menjadi Ketua Umum PSSI.