Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk apa sembuhkan luka, bila hanya tuk cipta luka baru? (Supartono JW.15092016) supartonojw@yahoo.co.id instagram @supartono_jw @ssbsukmajayadepok twiter @supartono jw

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Memetik Edukasi Sidang Sengketa Pilpres yang Sampai Lembur

20 Juni 2019   01:02 Diperbarui: 20 Juni 2019   16:08 802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO | Suasana sidang perdana sengketa pilpres 2019 di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Jumat (14/6/2019).

Haruskah sidang sengketa pilpres hari ketiga, Rabu, 19 Juni 2019 maraton, pagi hingga subuh?

Sidang yang agendanya mendengarkan keterangan saksi dan ahli dari pihak pemohon (paslon 02), ternyata hingga detik ini (20/6/2019: pukul 01.00 WIB) bahkan baru sampai pada keterangan saksi ke sekian.

Barangkali, di luar tradisi sidang di MK yang bahkan sering sampai subuh, seperti diungkapkan Ketua Majelis Hakim Bapak Anwar Usman saat diinterupsi oleh Yusril Ihza Mahendra dari pihak terkait (pengacara paslon 01), apakah budaya sidang "lembur" seperti ini perlu ditradisikan?

Semoga saja, semua yang terlibat dalam persidangan mulai dari Hakim Majelis, pihak pemohon, pihak termohon, pihak terkait, serta seluruh stakeholder terkait, diberikan kesehatan, tidak ada yang sakit, bahkan hingga jatuh korban karena kondisi kelelahan.

Harusnya, tragedi meninggalnya 554  yang terdiri dari KPPS, Panwas, dan Polisi harus meninggal karena pekerjaan yang "lembur" semacam sidang MK kali ini.

Harus ada yang mengingatkan bahwa manusia memiliki keterbatasan dalam hal kesehatan.

Jangan gara-gara perseteruan pilpres, ranah persidangan di MK juga akan berdampak ikut terkena imbas ada korban.

Bukankah waktu bekerja dan istirahat semua sudah memahami? Berapa jam seorang manusia memiliki batas waktu bekerja atau beraktivitas, dan berapa jam waktu untuk istirahat yang cukup?

Memang sesuai peraturan, persoalan perseteruan, MK harus sudah menyelesaikan paling lambat pada 28 Juni 2019.

Nah, barangkali hal inilah yang juga perlu di tinjau untuk kedepannya. Waktu yang mepet dan terbatas untuk menyelesaikan sengketa pilpres, namun mengabaikan unsur kemampuan fisik manusia secara umum dari segi kesehatan.

Secara pribadi, saya sendiri sebagai penonton acara sidang ini dari layar kaca, dengan sementara/izin menyetop pekerjaan lain, praktis sejak pukul 09.00 pagi hingga detik ini merasakan cukup surprise (heran) dengan kondisi semua aktor yang masih cukup kuat fisik, terpaku dan duduk di masing-masing tempatnya di ruang sidang MK.

Semoga saja, semua yang terlibat dalam persidangan sengketa pilpres ini diberikan kesehatan dan keselamatan, Aamiin. Hingga menghasilkan keputusan sidang yang.adil dan membela kepentingan rakyat. Aamiin.

Selamat bersidang. Manfaatkan waktu rehat secara kualitas.

Ingat, seluruh rakyat bangsa ini turut belajar tentang hukum dan tata cara persidangan ini, yang mustahil ditemukan dan didapatkan praktiknya di bangku sekolah atau kuliah.

Meski kini sekolah sedang masa liburan, tidak ada salahnya bila sekolah dan gurunya (semua guru) menyarankan dan menugaskan peserta didiknya. mengikuti dan menonton persidangan di rumah. Pelajari bagaimana menjadi pembicara, menjadi lawan bicara, menjadi penengah, bagaimana menjadi saksi, pengacara, hakim dll. Banyak sekali.yang.dapat.dipetik pendidikannya, termasuk bagaimana setting ruang persidangan dan mekanisme tata cara persidangan.

Bila selama ini para Cebong dan Kampret saling serang di media massa, bahkan dengan diksi kasar dan arogan, di dalam sidang MK ini, semuanya bermartabat, penuh etika, penuh aturan, dan kesantunan.

Sejauh ini. yang terlihat dalam persidangan, Hakim MK dapat menjadi teladan untuk contoh manusia berkarakter Indonesia. Berimbang, tegas, tidak memihak, cermat, dan cerdas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun