Rusuh suporter terjadi lagi. Kali ini giliran laga Persebaya Surabaya melawan Madura United pada leg pertama babak delapan besar Piala Indonesia 2018 di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Jawa Timur, Rabu sore (19/6/2019) yang berakhir ricuh.
Suporter Persebaya Surabaya terlihat menyalakan petasan dan juga memasuki lapangan satu menit sebelum pertandingan berakhir. Namun, pendukung Persebaya Surabaya itu membawa spanduk bertuliskan "Jangan Buat Malu Surabaya" dan dibentangkan di tengah-tengah lapangan. Sebuah hal yang kontradiksi.
Melihat kondisi yang sudah tidak kondusif, wasit Fariq Hitaba, meniup peluit pertanda berakhirnya pertandingan dengan skor 1-1 untuk kedua tim.
Apa kata PSSI, akibat peristiwa ini? Ternyata ada pengurus yang hanya menyatakan kecewa? Apakah dengan ungkapan kecewa atau menyesalkan kejadian, akan membuat suporter segera sembuh dari ulah?
Sebelumnya pada pertandingan pembuka Liga 1 2019 yang mempertemukan PSS Sleman vs Arema FC di Stadion Maguwoharjo, Rabu (15/5/2019) malam diwarnai kericuhan antarsuporter juga.
Buntutnya, laga tersebut sempat dihentikan sementara oleh wasit pada menit ke-30. Bentrokan antarsuporter PSS Sleman dan Aremania terjadi di tribun sebelah barat.
Lebih ironia, laga yang dimenangkan oleh tuan rumah dengan skor 3-1 itu beberapa kali harus terhenti karena insiden ricuh yang berulang.
Tercatat, dalam pertandingan PSS vs Arema FC terhenti selama 55 menit.
Apa kata PSSI atas insiden tersebut?
PSSI meminta maaf serta sangat menyesalkan terjadinya insiden pada laga perdana Shopee Liga 1 2019 antara PSS Sleman melawan Arema FC.Â
"Kami menyayangkan hal ini terjadi. PSSI melalui Komite Disiplin tentu akan bersikap tegas terkait pertandingan ini. Selanjutnya kami menunggu laporan panpel. Karena kejadian ini harus diusut secara tuntas," kata Sekretaris Jenderal PSSI, Ratu Tisha Destria.