Lagi-lagi, menyoal peraturan perekrutan pemain usia muda, PSSI pusat justru kalah cepat dari Askot PSSI. Selama ini, bahkan dalam Liga Indonesia terbaru, klub-klub begitu bebas menggunakan jasa pemain usia muda untuk kompetisi. Bila kebetulan pemain memiliki potensi, maka pemain akan dipertahankan, namun cara pengambilan pemainpun tidak menghargai Sekolah Sepakbola (SSB) yang membina, bahkan pemain hanya diminta surat keluar dari SSB.
Begitu pemain tidak dipakai lagi, pemain hanya dicampakkan. Begitulah kondisi sepakbola usai muda kita.
Kerena itu, PSSI Denpasar boleh dijadikan contoh bahkan apa yang dilakukannya, sekaligus menonjok PSSI yang belum pernah cerdas menghargai pembina usia dini dan muda, pun sama seperti klub binaannya yang hanya senang comot pemain sudah jadi dengan sekadar mengadakan turnamen instan seperti langkah PSSI dalam proyek Garuda Select.
Apa yang dilakukan PSSI Denpasar? Kepengurusan baru Askot PSSI Denpasar, benar- benar ingin perubahan sepakbola di Denpasar dan ingin menjadi barometer bola di Bali.
Ketua PSSI Denpasar, AA Ngurah Garga Candra Gupta atau akrab disapa Turah Mantri ini tak ingin pemain asal Denpasar diperlakukan tidak baik saat direkrut siapa saja dari Denpasar.
Berdasarkan pengalaman, ada klub profesional yang bebas comot - comot pemain jadi asal Denpasar.
Kemudian usai event, mereka dipulangkan tanpa pembinaan yang jelas, maka PSSI Denpasar akan menertibkan proses administrasi lewat bank data atau database pemain.
"Dalam pengurus PSSI Denpasar yang baru ini, kami akan mendata pemain secara komprehensif di database atau bank data pemain. Otomatis jika anak itu keluar dia akan melalui sepengetahuan kita. Ke manapun dia pergi," tegas Turah Mantri kepada Tribun Bali, Sabtu (18/5/2019).
Dia mengatakan, nantinya bisa terjadi perjanjian dengan klub siapa saja yang akan meminang dia (pemain asal Denpasar) .
"Yang jelas kita ingin proteksi atau ikat pemain. Biar jangan ada klub (profesional) yang ambil seenaknya. Anak-anak Denpasar yang sudah berjalan kemarin (gabung klub profesional) saya maklumi, karena PSSI belum bisa proteksi dia, karena sekarang roda organisasi baru kembali berjalan dengan kepengurusan baru, " jelas Turah Mantri.
Turah Mantri menjelaskan, langkah pertama yakni mendata pemain Denpasar yang akan berkompetisi dalam waktu dekat yang digelar PSSI Denpasar.
"Database pemain, yang kami lakukan pertama saat kompetisi kita data pemain." pungkasnya.
Yakin semua Askot/Askab bahkan Asprov PSSI tentu merasakan hal yang sama seperti Askot PSSI Denpasar. Namun, selama ini PSSI tidak pernah bergeming akan persoalan ini.
Dengan cara yang dilakukan oleh Askot PSSI Denpasar, selain pemain usia dini dan muda dibina teknik dan speednya, juga dibina intelegensi dan personalitinya. Jadi, pemain juga cerdas dan kuat mental di luar lapangan sepakbola.
Sebab Askot memerhatikan dan menghargai pemain, secara otomatis Askot juga menghargai SSB dan memerhatikan keberadaan SSB sebagai kawah candradimukanya calon pemain Timnas handal.
Bila seluruh Askot/Askab bahkan Asprov, melakukan hal yang sama seperti Askot Denpasar, maka tahun depan, tidak ada klub yang akan camat-comot pemain seenaknya. Jangan demi memenuhi peraturan PSSI dan wajib memiliki tim kelompok umur, namun tak membina dan hanya asal comot pemain karena murah biayanya.
Bila klub profesional belum mampu mendirikan akademi sendiri, sebaiknya klub ada kerjasama dengan SSB dan Askot/Askab yang menaungi calon pemain.
Bagaimana PSSI? Ini bukan tugas Direktur Teknik, tetapi tugas siapa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H