"Database pemain, yang kami lakukan pertama saat kompetisi kita data pemain." pungkasnya.
Yakin semua Askot/Askab bahkan Asprov PSSI tentu merasakan hal yang sama seperti Askot PSSI Denpasar. Namun, selama ini PSSI tidak pernah bergeming akan persoalan ini.
Dengan cara yang dilakukan oleh Askot PSSI Denpasar, selain pemain usia dini dan muda dibina teknik dan speednya, juga dibina intelegensi dan personalitinya. Jadi, pemain juga cerdas dan kuat mental di luar lapangan sepakbola.
Sebab Askot memerhatikan dan menghargai pemain, secara otomatis Askot juga menghargai SSB dan memerhatikan keberadaan SSB sebagai kawah candradimukanya calon pemain Timnas handal.
Bila seluruh Askot/Askab bahkan Asprov, melakukan hal yang sama seperti Askot Denpasar, maka tahun depan, tidak ada klub yang akan camat-comot pemain seenaknya. Jangan demi memenuhi peraturan PSSI dan wajib memiliki tim kelompok umur, namun tak membina dan hanya asal comot pemain karena murah biayanya.
Bila klub profesional belum mampu mendirikan akademi sendiri, sebaiknya klub ada kerjasama dengan SSB dan Askot/Askab yang menaungi calon pemain.
Bagaimana PSSI? Ini bukan tugas Direktur Teknik, tetapi tugas siapa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H