Nasi sudah menjadi bubur. Tidak ada yang perlu disesali atas kegagalan penggawa Garuda, Timnas U-22 mendulang poin penuh di laga perdana, akibat dicukur Pasukan Gajah Putih, Thailand 4 gol tanpa balas.
Atas kekalahan dari Thailand, hasil instrospeksi baik pelatih dan pemain, Egy dan kawan-kawan tidak bermain dalam penampilan terbaiknya.
Tapi lebih dari sekadar alasan retoris tersebut, saat Timnas keok dari Thailand, analoginya adalah pelatih dan pemain Indonesia bak pilot Lion Air yang tidak dapat menguasai pesawat karena ada hal teknis yang belum dipahami oleh pilot dan co-pilot, hingga pesawat tak selamat menghujam ke Laut.
Saat meladeni Thailand, baik pemain dan pelatih seperti tidak tahu bagaimana mengendalikan dan menjinakkan pasukan Gajah Putih hingga merajalela mendikte pasukan Garuda. Akhirnya, kekalahan dengan banyak gol menjadi risiko dari akibat gagal pahamnya pelatih dan pemain atas strategi cerdas lawan.
Sementara pelatih dan pemain lawan sudah sangat paham gaya dan strategi Indra Sjafri yang terkesan minim kreativitas dan inovasi.
Akibat berikutnya, pasukan Garuda yang digadang-gadang lolos ke putaran final Piala Asia U-23, harus menjalani laga penentu lebih awal di kualifikasi Piala AFC U-23 2020.
Sama seperti tim Thailand yang sudah sangat mahfum atas strategi permainan Indra, Â Vietnampun sudah sangat memahami gaya Timnas yang bakal dihadapinya dalam laga kedua Grup K malam ini.
Stadion My Dinh, Hanoi, akan menjadi saksi, apakah pasukan Garuda masih bisa memiliki nafas untuk tetap bersaing karena menundukkan tuan rumah Vietnam? Atau sebaliknya, akan angkat kopor lebih awal.
Andai Timnas malam ini dapat kembali menjinakkan Vietnam, maka laga terkhir akan menjadi penentu siapa tim yang menjadi Juara dan Runner-Up Grup K.
Bila Timnas dapat meraih runner-up grup pun, kepastian lolos atau tidaknya ke putaran final, masih harus menuggu hasil dari grup lain megingat hanya juara grup dan empat atau lima runner-up terbaik yang lolos ke putaran final.
Yang pasti, perjuangan tim asuhan Indra Sjafri ini tidak akan mudah. Kenyataan Vietnam saat ini berada di puncak klasemen sementara Grup K kualifikasi Piala AFC U-23 2020 seusai meraih kemenangan lebih telak, 6-0 atas Brunei Darussalam, tentu membuat Tim Garuda Muda harus ekstra berusaha.
Selain itu, Vietnam merupakan finalis Piala AFC U-23 2018. Mereka menjadi tim Asia Tenggara pertama yang mencapai partai puncak turnamen Asia kategori U-23 itu.
Kendati demikian, hasil akhir pertandingan sepakbola tidak selalu dapat diprediksi secara matematis.
Siapa menyangka, pasukan Garuda begitu mudah dipecundangi oleh Thailand? Seharusnya sebagai juara Piala AFF-U-22, secara matematis terlihat kurang masuk akal.Â
Sayangnya hanya berbekal sudah mengantongi juara, lalu Indra tetap percaya diri dan seolah menganggap remeh Thailand yang faktanya menambah 15 pemain baru. Jangankan 15 pemain, tambah 1 atau 2 pemain saja pastinya ada perubahan signifikan.
Lha ini, 15 pemain baru. Itu namanya tim berubah total. Malah sisa 4 pemain bila yang 11 adalah pemain inti yang tidak diturunkan saat mereka dikalahkan pasukan Indra. Fakta lainnya, 4 gol yang dilesakkan Thailand, semua oleh pemain yang tidak turun di Piala AFF U-22.
Jadi, antisipasi saat kontra Vietnam nanti malam, Indra dan pasukannnya wajib bertindak lebih dari saat takluk dari Thailand. Terlebih, Vietnam didukung oleh pemain ke-12, yaitu publik tuan rumah sekaligus ada misi terselubung, balas dendam atas kekalahan di semi final Piala AFF U-22.
Ayo, Indra dan pasukannya, sembuhkan mentalitas tim. Tidak kalah sebelum bertanding. Tahu caranya tidak mudah kebobolan dan menjinakkan lawan. Serta membalikkan ramalan dan keadaan. Setelah keok dari Thailand, kini mereka kembali meremehkan kita. Apakah kita juga mau diremehkan Vietnam? Tetap optimis Garuda Muda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H